Oleh : Samsul Nizar
Ketua STAIN Bengkalis
Terbersit judul tidak relevan dan tidak ilmiah. Hanya saja, terkadang manusia modern acapkali memilih yang tidak relevan dan tidak ilmiah. Namun, substansi yang utama mengambil pelajaran dari suatu kisah.
Tersebut kisah disebuah hutan belantara yang lebat. Hampir semua binatang hidup di dalamnya. Datanglah sekelompok ilmuan memasuki hutan tersebut untuk tujuan ilmiah. Karena medan yang masih perawan, maka sekelompok ilmuan menggunakan mobil terbaru yang familiar dengan kondisi alam yang demikian.
Sesampainya di dalam hutan, para ilmuan tersebut bergegas dengan tujuan ilmiahnya. Menyadari kondisi hutan dan tujuan yang akan dicapai, mobil yang mereka gunakan terpaksa harus ditinggalkan di tengah hutan. Mereka berjalan menelusuri hutan mencari objek kajian ilmiah yang mereka ingin dapatkan.
Mereka berpikir, mobil yang ditinggalkan akan aman karena hutan yang tak pernah disentuh oleh manusia. Landasan logika mereka sangat rasional.
Namun, logika rasional ilmuan ternyata keliru. Sepeninggal mereka menelusuri lebatnya hutan, ternyata datanglak kawanan monyet yang saling
berebut dan ingin menguasai mobil yang ditinggalkan. Kawanan monyet tak segan-segan saling berebut dan saling menyakiti sesamanya untuk bisa menguasai mobil tersebut. Muncul sifat utama monyet yang tak rasional nan serakah. Padahal, tak satupun dari kawanan monyet sadar bahwa meski mereka menang menguasai mobil tersebut, mereka tak terpikir apakah mereka bisa membawa (mengemudi) dan mengoperasionalkan mobil tersebut. Yang ada dalam pikirannya hanya sekedar menguasai tanpa sadar atas ketidakmampuannya menjalankan mobil. Bagi mereka, yang terpenting menguasai mobil tanpa peduli apakah mampu menggunakan dan menjalankan mobil. Sungguh kasihan kawanan monyet tersebut. Saling berebut sesuatu (bahkan dengan saling menyakiti) tapi tak sadar bahwa mereka tak mampu menjalankanya setelah menguasai sesuatu.
Sungguh pesan yang multi tafsir dan perlu jadi renungan bagi kita semua agar tidak terjebak pada keinginan memperebutkan dan menguasai sesuatu, tanpa sadar ketaktahuan setelah menguasainya.
Wa Allahua’lam bi al-shawwab.
Tulisan ini terbit di harian Riau Pos tanggal 15 September 2018