Kampus Melayu (humas) Bengkalis – Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Bengkalis, Prof. Dr. H. Samsul Nizar, M.Ag dipercaya menjadi salah satu narasumber pada kegiatan Focus Grup Discussion (FGD) yang ditaja oleh Polres Bengkalis, Selasa (26/11/2019).
Focus Grup Discussion digelar di Aula Hotel Marina Bengkalis dan diikuti oleh ratusan peserta dari kalangan kepala desa dan tokoh masyarakat dari 8 desa se-Kecamatan Bengkalis. Mengusung tema “Menjalin Persatuan dan Kesatuan Bangsa untuk Mewujudkan Indonesia Maju”, kegiatan ini juga turut menghadirkan dua narasumber lain yakni Kepala Kementrian Agama Kabupaten Bengkalis dan Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Bengkalis.
Berdasarkan hasil wawancara tim Humas STAIN Bengkalis kepada Kasatbinmas Polres Bengkalis, IPTU Ismanto Wibowo, beliau menerangkan bahwa tujuan pelaksanaan FGD ini adalah untuk memberikan pemahaman kepada kepala desa dan masyarakat untuk menjalin kesatuan dan persatuan bangsa. Jangan mudah terpecah belah oleh berita-berita hoax dan isu-isu radikal yang sangat mengancam kesatuan dan persatuan masyarakat hari ini.
Dalam paparan materi Ketua STAIN Bengkalis yang berjudul “Persatuan dan Kesatuan Bangsa; Syarat Utama Menuju Indonesia Maju”, Ketua STAIN Bengkalis menerangkan bahwa persatuan merupakan aktivitas membangun kerjasama dan saling melengkapi guna mencapai tujuan. Persatuan ibarat sebatang tubuh, bila tujuan hidup ingin memperoleh kemajuan, maka seluruh organ tubuh harus bersatu melakukan aktivitas menuju kemajuan totatiltas. Organ tubuh di samping melakukan tugas dan fungsinya, ianya juga membantu organ lain bila diperlukan. Tak ada satu pun organ tubuh meninggalkan organ yang lain, apatah lagi sampai saling “menghancurkan”. Dengan persatuan dan sinergi seluruh organ tubuh, manusia memperoleh kemajuan hidup dan mampu membangun peradaban yang demikian dinamis (maju).
Lebih lanjut, Professor kelahiran Desa Teluk Pambang Bengkalis tersebut menerangkan paling tidak ada empat pendekatan dalam upaya merawat persatuan dan kesatuan bangsa, yakni Pertama, menelusuri dan memahami sejarah perjuangan para pahlawan dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan.
Kedua, bijak dalam menerima, memilih, dan memilah informasi (dalam berbagai variannya) yang diterima. Mencari informasi dari sumber yang valid dan mengerti atas info yang diterima dan tidak mudah tertipu dengan retorika dan asesoris informan yang acapkali tampil memukau dengan dalil kejahilan yang dikemas rapi.
Ketiga, mendahulukan kebenaran universal ketimbang kebenaran sekterian.
Keempat, mewaspadai dan menindak tegas munculnya idiologi yang merusak persatuan bangsa. Eksistensinya bisa dalam wujud yang dipoles asesoris untuk menarik simpatik, menyembunyikan identitas bila terkepung dan acap kali menyatakan taubat atau menyebunyikan identitas (taqiyah), namun kembali bangun dalam keangkuhan bila peluang memungkinkan.
“Untuk merawat dan menjaga persatuan dan kesatuan bangsa merupakan kewajiban bersama seluruh elemen bangsa. Perwujudannya bukan sebatas retorika ilmiah dan ucapan lisan dalam perdebatan panjang, akan tetapi perlu muncul dalam seluruh ruang kehidupan berbangsa dan bernegara. Hanya dengan demikian, Indonesia Emas 2045 akan dapat tercapai.” Tutup Prof. Samsul.