Kampus Melayu (humas) Bengkalis – Bertempat di aula lantai tiga gedung Pembelajaran dan Pelayanan Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Bengkalis, berlangsung Workshop Pemanfaatan Radar untuk Pemantauan Dinamika Atmosfer dan Dispersi Asap Wilayah Bengkalis dan Sekitarnya, Kamis (17/10/2019).
Kegiatan ini merupakan kolaborasi antara Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Wilayah (PTPSW) , Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Research Institute for Humanity and Nature (RIHN), Center for Southest Asian Studies (CSEAS), Kyoto University Jepang, Pemerintah Kabupaten Bengkalis, STAIN Bengkalis, dan Universitas Riau Pekanbaru.
Workshop dibuka secara langsung oleh Bupati Bengkalis yang diwakili oleh Asisten Perekonomian dan Pembangunan, H. Heri Indra Putra. Dalam sambutannya, H. Heri Indra Putra sampaikan dukungan terhadap pengaplikasian radar di negeri junjungan.
“Sebagai daerah perbatasan yang memiliki lahan gambut yang cukup luas, hal ini menyebabkan potensi kerusakan gambut yang umumnya disebabkan oleh kebakaran hutan dan lahan, banjir, serta abrasi wilayah pesisir.” Ungkap Heri.
Direktur Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Wilayah (PTPSW), Dr. Marina Claudia Geraldina Frederik menyampaikan bahwa pemasangan radar sebagai upaya dini mendeteksi asap sebagai akibat dari kebakaran hutan dan lahan yang sering terjadi di lahan gambut. STAIN Bengkalis menjadi lokasi terpilih yang akan digunakan untuk pemasangan radar di Pulau Bengkalis.
Sementara itu, Ketua STAIN Bengkalis Prof. Dr. H. Samsul Nizar, M.Ag yang diwakili oleh Wakil Ketua Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, Wira Sugiarto, S.IP, M.Pd.I sampaikan ucapan terima kasih atas kepercayaan semua pihak menjadikan STAIN Bengkalis sebagai penyelenggara dalam kegiatan workshop ini.
“Melalui workshop ini semoga menambah ilmu pengetahuan kita sehingga apa yang menjadi persoalan di Bengkalis dapat teratasi dengan baik.” Ungkap Wira.
Adapun yang menjadi pembicara dalam Workshop Pemanfaatan Radar untuk Pemantauan Dinamika Atmosfer dan Dispersi Asap yakni Prof. Manabu Yamanaka dari RIHN, Prof. Osamu Kozan dari CSEAS, Dr. Mariko Ogawa dari Kyoto University Jepang, Dr. Albert Sulaiman dari BPPT, dan Dr. Sigit Sutikno dari UNRI.