Oleh : Saifunnajar (Dosen STAIN Bengkalis)
Dalam pemahaman kita pada umumnya selalu atau sering menyamakan makna Taufik dengan Hidayah, namun sebenarnya bagaimana pengertian yang sesungguhnya kata Taufik dan hidayah ini.
Pada kitab tafsir karangan Ahmad Mustafa Al-Maraghi jilid 1, penerbit Dar Fikri, Beirut, 2006. Halaman 24, ketika menafsirkan Surah Al-Fatihah ayat 6, kita temukan keterangan sebagai berikut :
Hidayah Allah kepada manusia terbagi kepada lima :
- Hidayah Ilham.
Hidayah Ilham ini bersifat instink dan fitrah. dicontohkan anak bayi yang baru lahir, ketika mau menunjukkan pada ibunya berhajat makan dan minum kehausan dengan cara merengek atau menangis.
Andaikata bayi tidak bisa memberikan isyarat instink merengek atau menangis, bisa kelangsungan hidupnya terganggu.
2.Hidayah Panca Indra (Hawas).
Hidayah Ilham dan Hawas diberikan kepada hewan dan manusia. Hanya saja pada hewan hidayah Ilham dan Hawas ini telah lebih sempurna sejak setelah ia dilahirkan, dibandingkan dengan manusia. Pada manusia kedua hidayah ini berkembang lewat proses secara perlahan.
Panca Indra terdiri dari alat penglihatan (mata), alat pendengaran(telinga), alat penciuman (hidung), alat pengecap (lidah), alat peraba (kulit). Panca Indra ini kemudian dikatakan sebagai nikmat dari Allah yang harus disyukuri. Namun sedikit sekali manusia yang mau mensyukurinya.
- Hidayah fikiran (Akal).
Hidayah fikiran atau akal adalah hidayah kemampuan berfikir, Hidayah akal lebih tinggi tingkatannya dari Ilham dan Hawas. Akal diciptakan Allah untuk manusia dalam upaya memenuhi kehidupannya, tidak cukup hanya bekal panca indra dan Ilham saja. Ustadz Al-Maraghi menjelaskan akal yang berfungsi meluruskan apa yang dilihat panca indra, misalnya bukankah engkau perhatikan empedu itu terlihat manis tapi sebenarnya pahit. Juga pancang yang lurus apabila ditancapkan ke air terlihat bengkok.Begitu juga bumi nampak datar terhampar, namun sebenarnya bumi bentuknya agak lonjong. atau elips.
- Hidayah Agama..
Agama berfungsi menjelaskan kepada manusia petunjuk dan batasan mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan, jalan mana yang baik dan mana yang buruk harus dijauhi, mana jalan membawa bahagia, mana pula jalan sengsara. Hanya dengan agama manusia mampu memahami jalan kehidupan menuju bahagia. Maka manusia membutuhkan petunjuk agama dari Allah. Jika tidak manusia berada dalam kehidupan yang gelap dan kesesatan.
Tentang hidayah agama ini banyak ayat Al-Quran menjelaskan, misalnya QS.Al-Balad:10.
وَهَدَيْنَهُ النَّجْدَيْنِ
“Kami telah memberi petunjuk kepada manusia dua jalan”. Artinya jalan kebaikan dan keburukan serta jalan bahagia dan sengsara,
Firman Allah SWT. Surah Al-Fushshilat, ayat 17 :
وَأَمَّا ثَمُودُ فَهَدَيْنَهُمْ فَاسْتَحَبُّوا الْعَمَى عَلَى الهدى
“Dan adapun kaum Tsamud telah kami beri petunjuk mereka, namun mereka mereka lebih menyukai jalan kesesatan ( Al-‘Ama) dari pada petunjuk(Al-Huda)”.
Al-Ustadz Kabir Ahmad Mustafa Al-Maraghi menjelaskan satu macam lagi hidayah yang lain (ke 5) yaitu hidayah Ma’unah dan Taufik melaksanakan kebaikan. Inilah yang kita diperintahkan meminta dalam doa “Ihdina Ashshiratha Al-Mustaqiim”, (QS.Al-Fatihah: 6 ) yang maksudnya adalah , Ya Allah tunjukilah kami petunjuk dari sisi-Mu yang menyampaikan berupa pertolongan yang tiada terlihat yang memelihara kami dari berbuat kesalahan dan kesesatan.
Maka hidayah Ma’unah dan Taufik ini hanya milik Allah, tidak dikuasakan kepada manusia, tidak juga kepada Nabi kita Muhammad Saw. Sebagaimana firman Allah dalam surah al-Qashas ayat 56 :
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ
“Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak mampu memberi petunjuk kepada orang yang engkau cintai dan tetapi Allah lah yang mampu memberikan petunjuk kepada orang yang Ia kehendaki”.
Sedangkan hidayah dengan pengertian yang menunjukkan jalan kebaikan (al-khair) dan kebenaran(Al-Haq), dalam arti membimbing dan menjelaskan cara menggapai kebahagiaan dan keberuntungan serta kemenangan, yang Allah karuniakan kepada makhluknya. Itulah tugas Rasulullah Saw. Sebagaimana firman-Nya dalam surah Asy-Syura ayat 52.
وانك لتهدى إلى صراط مستقيم
“Dan sesungguhnya engkau Muhammad memberi petunjuk kepada jalan yang lurus”.
Jadi dari uraian di atas dapat kita pahami bahwa hidayah itu terbagi kepada lima yakni hidayah Ilham, Hawas, Akal, Al-Din, dan al-ma’unah atau Taufik.
Al-Ma’unah atau Taufik adalah salah satu bagian hidayah yang berarti kemampuan menjalankan syariat Allah yang hanya dimiliki Allah, tidak diberikan kemampuan tersebut kepada manusia termasuk Rasulullah. Sedangkan tugas Rasul hanyalah memberikan bimbingan dan menyampaikan risalah wahyu Allah berupa Al-Qur’an kepada umatnya yang beliau terima melalui Malaikat Jibril Alaihissalam.
Biasanya kita setiap kali sholat membaca kalimat doa ini beberapa kali “Ihdina Shirat Al-Mustaqiim”,
Maka hendaknya kita memahami yang dikehendaki petunjuk disini adalah memohon kepada Allah agar diberikan kemampuan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah dengan mengerahkan segala nikmat panca indra dan akal dengan tulus dan ikhlas. Karena inilah yang dimaksud beriman dan beramal Sholeh.
Allahu ‘Alam bi Showab