Oleh : Saifunnajar
Dosen STAIN Bengkalis
Dasar hukum puasa tanggal 10 Muharram ialah merujuk hadits riwayat Ibnu Abbas artinya “Ketika tiba di Madinah, Rasulullah Saw. mendapati orang-orang Yahudi melakukan puasa Asyura. Kemudian Rasulullah Saw. bertanya, “Hari yang kalian berpuasa ini adalah hari apa?” Orang-orang Yahudi tersebut menjawab, “Ini adalah hari yang sangat mulia. Ini adalah hari di mana Allah menyelamatkan Musa dan kaumnya. Ketika itu pula Fir’aun dan kaumnya ditenggelamkan. Musa berpuasa pada hari ini dalam rangka bersyukur, maka kami pun mengikuti beliau berpuasa pada hari ini”. Rasulullah Saw. lantas berkata, “Kita seharusnya lebih berhak dan lebih utama mengikuti Musa daripada kalian.” Lalu setelah itu Rasulullah Saw. memerintahkan kaum muslimin untuk berpuasa.” (HR. Muslim No 1130).
Sementara itu Rasulullah Saw. memerintahkan puasa pada tanggal 9 dan 10 , atau 10 dan 11 Muharram, untuk membedakan puasanya orang Yahudi.
Sebagaimana Nabi Muhammad Saw bersabda, artinya :
“Diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma dengan status marfu (Rasulullah bersabda): Puasalah kalian pada hari Asyura dan bedakan dengan kaum Yahudi, puasalah kalian sehari sebelum atau sesudah” (HR Ahmad).
Rasulullah Saw juga menjelaskan ada dua keutamaan puasa 10 Muharram yakni; pertama, menghapus dosa 1 tahun yang lalu.
“Nabi Saw. ditanya mengenai keutamaan puasa Arafah? Beliau menjawab, “Puasa Arafah akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” Beliau juga ditanya mengenai keistimewaan puasa Asyura? Beliau menjawab, “Puasa Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim No 1162).
Yang kedua, Puasa di 10 Muharram, puasa yang terbaik setelah puasa bulan Ramadhan.
“Dari Abu Hurairah mengatakan, seorang laki-laki datang menemui Nabi Muhammad Saw. dan bertanya: Puasa apakah yang paling utama setelah puasa Ramadhan? Nabi Muhammad Saw. bersabda: Bulan Allah yang kalian sebut Al Muharram.”(Sunan Ibnu Majah).
Demikian, beberapa hadis sebagai dasar utama melaksanakan ibadah puasa 10 Muharram. Namun dalam penampakan ritualnya oleh masyarakat Indonesia, selalu mengaitkan dengan semangat dakwah yakni berlomba-lomba dalam kebaikan umat.
Perayaan 10 Muharram yang dilaksanakan hari ini, di era teknologi informasi digital, informasi agama sudah tersampaikan kepada setiap individu dengan cepat kepada yang memegang hp, ditambah lagi dengan rekam jejak video dari para tuan guru yang menjelaskan keutamaan puasa 10 Muharram, lewat media TV negara dan swasta. serta lewat mimbar- mimbar, sangat mudah ditayang ulang dan mudah dipahami, maka perayaan menyambut 10 Muharram sungguh meningkat dan berubah jika sibandingkan dengan masa-masa dahulu. Dan hal ini merata di pelosok tanah air. Misalnya perayaan Muharram di pulau Sumatera, di pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua.
Masyarakat merayakannya mengawali dengan gotong royong kebersihan rumah ibadah dan lingkungan, berpuasa di tanggal 9 dan 10. Atau di tanggal 10 dan 11. Mereka membuat bubur Asyura untuk disantap bersama berbuka bersama-sama jamaah dan anak yatim, karena setelahnya ada santunan anak yatim yang sebelumnya telah dihimpun dari para donatur atau pemberi sumbangan. Ada juga masyarakat melanjutkan acara pengajian atau ceramah oleh ustadz dan menghadirkan para pejabat dan tokoh masyarakat dalam rangka acara hati-ke-hati pengumpulkan dana pembangunan masjid dan sebagainya.
Kalau dibandingkan masa dahulu penceramah belum banyak, bahkan sulit dicari terutama di desa-desa. Zaman HP pun belum ada, maka bubur Asyura dibuat di siang hari kemudian dimakan bersama, atau kemudian dibagi-bagi kepada setiap tetangga. Sampai disini terlihat masyarakat ingin berbagi dan meningkatkan silaturahmi meningkatkan persatuan sesama.
Di sini terlihat pula, betapa peran pemikiran dari para tokoh agama dan para dai saat sekarang telah mampu mencerahkan umat bisa berprilaku sesuai anjuran Rasulullah saw. dan tentunya yang diharapkan ke depan menjadi peradaban umat yang paripurna. Di Indonesia saat ini juga telah memiliki banyak Institusi keagamaan termasuk lembaga dakwah, ada pula terstruktur dari pusat hingga daerah tentu kita harapkan menjadi garda terdepan memajukan peradaban umat di tanah air kita.
Allahu ‘Aklam bi Showab.