Sang nenek berumur 84 tahun mengusap air mata yang terus membasahi bibinya. Ia menangis bukan karena menerima kabar buruk, bukan juga karena lepas dari jama’ahnya, tapi karena ia digendong oleh yudi mulyadi, seorang petugas haji bidang perlindungan jamaah(linjam). Sang nenek digendong oleh mas yudi ke dalam bus,setibanya kelompok terbang (kloter) 30 embarkasi Jakarta (25/5/2024).
Kisah nenek di atas hanya sebagian kecil dari pelayanan haji tahun 2024. Ia tidak sendirian, ada sekitar 41 ribu jamaah lansia yang mendapatkan perhatian khusus dari para petugas seperti Yudi Mulyadi tadi, yaitu membantu secara totalitas mereka agar bisa beribadah haji secara maksimal di tanah suci.
Mengapa lansia mendapatkan prioritas khusus oleh petugas haji Indonesia? Jika anda pernah pergi haji atau umroh, maka akan menemukan beragam persoalan jamaah yang sudah berumur lanjut usia, antara lain: pertama, persoalan tenaga yang sudah mulai melemah dan tidak kuat berjalan jauh; kedua, pendengaran mulai berkurang dan pandangan mulai kabur; ketiga daya nalar pikiran sudah mulai lambat merespon setiap kejadian yang terjadi pada dirinya maupun hal-hal di sekitar nya. Ketiga kondisi nyata ada pada jamaah haji lanjut usia satu sisi membutuhkan penangan serius dari pemerintah. Apalagi jutaan manusia kumpul di satu tempat dengan baju berwarna sama, menambah kondisi para jamaah haji semakin membutuhkan bantuan-bantuan khusus dari petugas haji.
Beberapa waktu lalu penulis berkesempatan umrah dan kebetulan diantara mereka ada yang sudah lanjut usia. Ketika kami selesai melaksanakan thawaf, sai dan tahalul, ketua rombongan mengecek anggotanya. Setelah dicek ternyata ada dua orang yang hilang. Kami akhirnya berpencar dan mencari nya. Sekitar hampir satu jam mencari, akhirnya ketemu dalam kondisi seperti orang bingung.
Peristiwa kecil ini ada contoh betapa besar problematika jamaah lansia yang terjadi di pada jumlah yang lebih besar seperti ibadah haji. Beruntung sekali, persoalan tersebut sudah mulai terurai dengan baik dengan kehadiran petugas haji ramah lansia.
Kini para jamaah haji lansia akan kembali ke kampung halaman nya masing-masing. Banyak kisah dan pengalaman yang akan diceritakan kepada anak, cucu dan keluarga besarnya. Salah satunya tentu saat ia digendong oleh seorang pemuda seperti Yudi Mulyadi dan teman-temannya.
Penulis berimajiner saat nenek cerita kepada anak dan cucu-cucunya, kurang lebih begini:
“Anak muda itu baik sekali, nenek digendong. Saat berada di kamar mandi, ia menunggu di luar dan terus membimbing ku memakai baju ihram. Tapi sayangnya nenek lupa minta nomor telponnya”.
Anak dan cucu saling berpandangan, lalu bertanya kepada nenek:
“Untuk apa nomor telpon nya, nek?”
Jawab nenek:
“Mana tahu, ia belum menikah. Nenek ingin menjodohkan kamu sama dia”
Semua tertawa bahagia.
Sebagai penutup saya secara pribadi mengapresiasi pelayanan haji yang ramah lansia. Semoga di musim haji tahun depan, pola pelayanan seperti ini diterapkan lagi dan lebih ditingkatkan kualitas dan kuantitas petugasnya.