STAIN Bengkalis (humas) Bengkalis – Ketua STAIN Bengkalis, Dr. H. Abu Anwar, M.Ag hadir sebagai pemateri dalam kegiatan Pelatihan Moderasi Beragama bagi Tenaga Pendidik Angkatan II, Jum’at (07/06/2024).
Kegiatan diselenggarakan oleh Loka Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan Pekanbaru yang bekerja sama dengan STAIN Bengkalis dan dilaksanakan di Aula Al Farabi STAIN Bengkalis.
Kegiatan ini diikuti sebanyak 40 peserta dari satuan kerja STAIN Bengkalis dan Kantor Kementerian Agama Bengkalis. Peserta terdiri dari tenaga pendidik, dosen dan guru lintas agama yakni Islam, Budha, dan Kristen Katolik.
Dalam kesempatan tersebut, Ketua STAIN Bengkalis, Dr. H. Abu Anwar, M.Ag menyampaikan materi yang berjudul “Radikalisme dan Moderasi Beragama”.
“Radikalisme merupakan suatu gagasan, suatu ide, atau suatu gerakan yang menghendaki perubahan secara menyeluruh baik dalam lingkup sosial, politik, maupun keagamaan dengan mengandalkan kekerasan”. Ungkapnya.
Beberapa ciri radikalisme yakni kaku dan tekstualis dalam bersikap serta memahami teks-teks suci, Ekstrem (keras), fundamentalis (mengajak seluruh masyarakat luas agar taat terhadap teks-teks Kitab Suci yang otentik dan tanpa kesalahan), dan eksklusif (terbatas), selalu bersemangat mengoreksi orang lain, menggunakan kekerasan, senang memilih jalan peperangan, bersemangat pada isu-isu penegakan negara agama, danmengafirkan orang lain.
Selain itu, dalam pelatihan yang diikuti oleh peserta lintas agama tersebut, Ketua STAIN Bengkalis menyampaikan bahwa hakikatnya semua agama mengajarkan untuk menjadi moderat, dan moderasi agama tidak hanya milik satu agama saja, tetapi juga berbagai agama dan bahkan dalam sejarah peradaban dunia.
“Di dalam Islam terdapat ajaran wasathiyat yang mengajarkan untuk bersikap moderat. Ajaran wasathiyah dalam Islam dikenal dengan istilah wasatha yang memiliki arti moderat, bersikap adil, rendah hati, dan istiqamah. Orang tidak akan bersikap ekstrem jika konsep wasathiyah sudah dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Konsep wasathiyah juga dapat dipahami dengan merefleksikan prinsip moderat (tawassuth), toleran (tasamuh), seimbang (tawazun), dan adil (i’tidal).” Ungkapnya.
Diakhir materinya, Ketua STAIN Bengkalis menerangkan bahwa implementasi dalam moderasi beragama sangat dibutuhkan pada era disrupsi digital saat ini.
“Upaya penting dalam menerapkan moderasi beragama saat ini adalah bertujuan agar mencetak generasi yang moderat dan tidak gampang terpengaruh oleh paham-paham radikal yang disebarkan dari dunia maya. Salah satunya adalah dapat memanfaatkan media sosial di era digital ini dengan cara yang bijak.” Pungkasnya.
Selain itu, Ketua menegaskan bahwa pendidikan yang berbasis moderasi beragama juga sangat diperlukan terhadap para pengajar di sekolah maupun di Perguruan Tinggi untuk mencetak generasi yang toleran terhadap perbedaan dan mengikutsertakan generasi milenial dalam kegiatan di masyarakat.