STAIN Bengkalis (humas) Bengkalis – Ketua STAIN Bengkalis, Dr. H. Abu Anwar, M.Ag isi kegiatan Dialog Interaktif Syiar Ramadhan yang diselenggarakan oleh Baznas Kabupaten Bengkalis Tahun 1445 H / 2024 M, Kamis (14/03/2024).
Kegiatan ini diselenggarakan di Masjid Istiqomah Bengkalis yang juga disiarkan langsung melalui live streaming channel youtube Masjid Istiqomah Bengkalis dan RRI Pro 1 Bengkalis 90.6 FM.
Dalam kesempatan tersebut, Ketua STAIN Bengkalis, Dr. H. Abu Anwar, M.Ag menyampaikan tausyiah berjudul “Meraih Taqwa Lewat Zakat”.
“Di dalam Al-Qur’an, perintah shalat sering kali disandingkan dengan perintah zakat. Ada 30 kali penyebutan kata zakat secara ma’rifah di dalam Al-Qur’an dan 27 kalinya disandingkan dengan kata shalat. Banyaknya pengulangan ini menunjukkan bahwa shalat dan zakat memiliki kedudukan yang sangat penting dalam bangunan Islam.” Demikian yang disampaikan oleh Ketua STAIN Bengkalis.
“Membayar zakat adalah salah satu bentuk manifestasi ketaqwaan seseorang, dimana taqwa merupakan kunci dari pintu kesejahteraan. Sehingga ketika kita mengkaji penanggulangan kemiskinan tidak dapat dipisahkan dari ketaqwaan.” Ungkapnya.
Berdasarkan QS.Al-Taubah:60 menyatakan bagaimana orang-orang munafik telah mencela Rasul dalam persoalan pembagian harta, baik zakat maupun ganimah, maka ayat ini menjelaskan secara terperinci siapa sesungguhnya yang berhak menerima zakat itu. Sesungguhnya zakat itu hanyalah
- untuk orang-orang fakir, yaitu orang yang tidak memiliki pekerjaan tetap sehingga kebutuhan primernya tidak terpenuhi.
- orang miskin, yakni orang yang memiliki penghasilan namun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak, baik kedua kelompok itu meminta-minta maupun tidak.
- amil zakat, yaitu orang-orang yang ditugaskan untuk mengelola dana zakat.
- orang-orang yang dilunakkan hatinya atau orang yang baru masuk Islam.
- untuk memerdekakan hamba sahaya.
- untuk membebaskan orang yang berutang demi memenuhi kebutuhan primernya yang jumlahnya melebihi penghasilannya.
- untuk orang yang aktivitasnya berada di jalan Allah dan
- untuk orang yang sedang dalam perjalanan dengan perjalanan yang mubah dan kehabisan bekal.
Lebih lanjut, Ketua STAIN Bengkalis, Dr. H. Abu Anwar, M.Ag menyampaikan zakat adalah ibadah yang memiliki dua dimensi, yakni dimensi uluhiyyah (vertical) dan dimensi insaniyyah/sosial (horizontal).
Sementara taqwa yang dalam bahasa Arab berasal dari kata waqa, yaqi, wiqayah. Wiqayah berarti menjaga atau menutupi sesuatu dari bahaya. Terdapat beberapa beberapa ciri-ciri orang bertaqwa yang dipaparkan oleh beliau, yakni :
- Menafkahkan Harta di Waktu Lapang dan Sempit:Salah satu ciri utama taqwa adalah kemurahan hati dalam menafkahkan harta, baik saat memiliki kelapangan maupun dalam situasi kesempitan. Orang-orang yang bertakwa tidak hanya bersedekah ketika mereka memiliki kelebihan, tetapi juga dalam situasi sulit. Mereka menyadari bahwa harta yang mereka miliki adalah amanah dari Allah, dan mereka berbagi dengan orang lain sebagai bentuk ibadah.
- Menahan Amarah dan Memaafkan Kesalahan Orang Lain:Ciri lain dari taqwa adalah kemampuan untuk menahan amarah dan memaafkan kesalahan orang lain. Orang-orang yang bertakwa tidak mudah marah dan tidak cepat terpancing emosi negatif. Mereka mengendalikan amarah mereka dengan penuh kesabaran dan memaafkan kesalahan orang lain sebagai tindakan yang mulia. Ini mencerminkan kedalaman karakter dan kontrol diri yang kuat.
- Berbuat Kebajikan:Ciri taqwa yang lain adalah kecenderungan untuk melakukan perbuatan baik. Orang-orang yang bertakwa selalu berusaha untuk berbuat kebaikan kepada sesama manusia. Mereka memberikan pertolongan kepada yang membutuhkan, menyebarkan kebaikan, dan berusaha untuk menjalani kehidupan yang berarti dan positif. Ini adalah manifestasi dari kasih sayang dan kepedulian terhadap sesama.
- Taubat dan Memohon Ampun:Orang-orang yang bertakwa selalu ingat kepada Allah ketika mereka melakukan perbuatan buruk atau dosa. Mereka merasa penyesalan yang mendalam dan segera bertaubat serta memohon ampun kepada Allah. Kesadaran akan dosa-dosa mereka memotivasi mereka untuk selalu berusaha memperbaiki diri dan menjauhi perbuatan buruk.
- Tidak Melanjutkan Perbuatan Keji:Ciri terakhir taqwa adalah ketidaklanjutan dalam melakukan perbuatan keji. Orang-orang yang bertakwa tidak hanya bertaubat dan memohon ampun, tetapi mereka juga berkomitmen untuk tidak mengulangi perbuatan buruk tersebut. Mereka menyadari bahwa kesalahan harus dihindari dan tidak boleh diulangi.