STAIN Bengkalis (humas) Bengkalis – Masuki hari ke delapan Ramadan, seluruh Civitas Akademika STAIN Bengkalis kembali mengadakan Sholat Dzuhur Berjamaah dan Kultum (Kuliah Tujuh Menit), Selasa (19/03/2024).
Kultum Ramadhan kali ini disampaikan oleh Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, Dr Imam Ghozali, M.Pd. Kegiatan ini dihadiri oleh seluruh unsur pimpinan, tenaga pendidik dan kependidikan.
Dalam kesempatan kali ini, Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, Dr Imam Ghozali, M.Pd memberikan kultum dengan judul “Puasa dan Tafsir lain dari Jihad”.
“Perkataan nabi bahwa “jihad terbesar yaitu melawan hawa nafsu” adalah suatu pesan penting bagi umat Islam. Puasa sebagai training center untuk mencapai tingkatan nafsu yang mahmudah atau mutmainah merupakan proses jihad yang sangat berat dan harus terus-menerus dilanjutkan sampai kapanpun. Puasa hanya tempat latihan. Hakikat perjuangan atau jihad sebenarnya pasca puasa. jika hari ini kita bisa melawan hawa nafsu karena kondisi-situasi, dan lingkungan mendukung. Berbeda ketika di luar puasa, karakter seseorang lebih terlihat keasliannya terhadap segala respon yang ada pada dirinya. Ketika seseorang berhasil, maka jihad seseorang berhasil menundukan hawa nafsunya.” Berikut tuturnya.
Jihad merupakan bagian dari wasilah bukan suatu tujuan. Dalam tulisannya yang sedikit panjang, Sayyid Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyati Asy-Syafi’i berkata di dalam kitab Hasyiyah ‘Ianatut Thalibin mengatakan: “Kewajiban jihad adalah washilah (perantara) bukan tujuan, karena tujuan perang aslinya adalah memberi hidayah/petunjuk kebenaran. Oleh sebab itu membunuh orang-orang kafir bukanlah tujuan yang sebenarnya sehingga seandainya hidayah bisa disampaikan dan dihasilkan dengan menunjukan dalil-dalil tanpa berperang, maka hal ini lebih utama daripada berperang”.
Melalui perkataan Sayyid Dimyati tersebut, dapat dinilai bahwa paradigma jihad yang sering dimaknai oleh sebagian kelompok sebagai “qital ‘ala kufar” untuk seluruh manusia yang tidak sependapat dengannya merupakan pemahaman keliru. Mereka memandang bahwa allah memerintah jihad merupakan tujuan yang harus dilakukan dengan melakukan pengrusakan, pemaksaan kehendak, dan persekusi atau peperangan terhadap kelompok-kelompok yang tidak sependapat dengan mereka.
Dalam kesimpulannya, Dr. Imam Ghozali menyebutkan bahwa puasa sebenarnya memperkenalkan jihad versi modern yaitu kemampuan melahirkan manusia-manusia baru dalam melihat jihad sebagai perjuangan dalam membangun peradaban. Jika ini berhasil, maka sudah tidak perlu lagi tentang peperangan dan penaklukan umat manusia. Sebab dengan kekuatan ilmu dan teknologi, seluruh manusia akan takluk dengan sendirinya.