By. Abu Anwar
Manusia memiliki tiga mata, yaitu mata dhahir/mata fisik. Mata yang dapat melihat ayat-ayat kauniyah, bisa membedakan yang benar dan salah, yang hak dan yang bathil, yang halal dan yang haram.
Mata adalah organ penglihatan yang memiliki fungsi penting dalam kehidupan manusia. biasanya juga disebut dengan mata fisik. Mata fisik bekerja dengan cara mendeteksi cahaya dan mengubahnya menjadi impuls elektrokimia pada sel saraf. Mata memiliki bagian-bagian yang memiliki fungsi tersendiri, seperti: Kelopak mata, Alis, Kornea, Retina, Pupil. Semua contoh tersebut dapat digunakan untuk melaksanakan penglihatan dengan seksama atau observasi yang dalam al-Qur’an disebut dengan intidhar.
Intidhar atau observasi terhadap alam ini menjadi penting karena beberapa alasan, pertama, ciptaan Allah yang disebut sebagai alam semesta ini berisikan tentang tanda-tanda dan bukti serta pameran dari kebenaran dan kekuasaan-Nya; kedua, karena menafsirkan atau memahami ayat-ayat al-Qur’an tidaklah mudah dan memang harus menggunakan mata fisik. Sebagai contoh dapat dilihat pada al-Qur’an surat al-Anbiya/21 ayat 30,
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?
Dalam memahami ayat tersebut tidaklah mudah. Pemaknaan terhadap ayat ini (QS.al-Anbiya/21:30) jika tidak didukung dengan kegiatan intidhar dengan mata fisik terhadap alam semesta ini, maka akan terasa sulit dan membingungkan. Bagaimana memahami pernyataan al-Qur’an yang mengatakan bahwa langit dan bumi itu bersatu padu? Orang biasa memahami kata langit sebagai batas ruang yang tampak di atas kepala manusia dan melingkupi bumi. Dan bagaimana pula memahami pemisahan antara keduanya, langit dan bumi itu?
Dalam ayat al-Qur’an yang lain juga ditegaskan bahwa Allah telah menciptakan langit dan bumi ini dalam jangka waktu enam hari. Ilustrasi yang demikian ini antara lain dapat ditemukan dalam QS. al-Sajdah/32: 4, sebagai berikut,
Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas `arsy. Tidak ada bagi kamu selain daripada-Nya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa`at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?
Terhadap kenyataan al-Qur’an yang yang seperti itu, lalu bagaimana kita memahami kalimat fi sittati ayyaam dan juga tsumma istawa ‘ala al-arsy.
Di samping itu, kita sebagai orang Islam, juga akan menemukan dalam al-Qur’an bahwa Allah membangun langit itu berdasarkan kekuasaan-Nya.
Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya (QS. al-Dzariyat/51: 47)
Ayat-ayat al-Qur’an sebagaimana telah disebutkan, dan juga ayat-ayat lain yang senada, akan terasa sulit dimengerti dan dipahami seandainya tidak diketahui adanya gejala-gejala alam tersebut dari hasil intidhar atau observasi dengan mata fisik yang serius dalam sains. Kecuali, jika Allah mengungkapkan fenomena-fenomena tersebut secara langsung dalam al-Qur’an kepada manusia. Namun demikian, dalam melakukan proses intidhar terhadap ayat-ayat Allah di alam semesta ini tidak boleh dilakukan secara gegabah, tetapi harus dilakukan secara teliti dan kehati-hatian. Artinya, intidhar yang dilakukan secara hati-hati dan disertai dengan rasa keimanan kepada Allah, maka akan ditemukan keserasian antara ayat-ayat Allah yang terdapat dalam alam semesta ini dengan ayat-ayat Allah yang terdapat dalam al-Qur’an, yang keduanya sama-sama berasal dari Tuhan yang Satu, yaitu Allah swt.
Kedua, mata hati, yaitu berkaitan dengan nurani. Jika hati seseorang baik, maka semakin dekat kepada Allah. Dalam perjalanan hidup ini, seringkali kita terpaku pada pandangan yang sempit, mirip dengan sepasang mata yang hanya mampu melihat satu arah. Namun, di tengah-tengah keterbatasan ini, terdapat kekuatan luar biasa yang tersembunyi dalam diri kita, yaitu mata hati. Mata hati mampu melihat dari segala sisi ruang, memberikan pandangan yang lebih dalam dan komprehensif terhadap realitas yang ada.Kita hidup dalam dunia yang penuh dengan distraksi, tuntutan, dan hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari. Terkadang, kita begitu sibuk dengan rutinitas dan urusan duniawi sehingga kita lupa untuk melihat lebih jauh dari sekadar permukaan. Seperti sepasang mata fisik yang terfokus pada satu titik, kita mungkin hanya melihat apa yang ada di depan mata kita. Namun, di situlah peran mata hati datang untuk memberi wawasan yang lebih luas.
Mata hati berfungsi sebagai cermin internal yang mencerminkan keadaan jiwa kita (manuisia) pada saat manusia melakukan muhasabah diri/introspeksi diri. Dengan mata hati, manusia dapat merenungkan tindakannya, niatnya, dan hubungannya dengan dunia sekitar. Ini adalah momen introspeksi yang membantu manusia mengambil jarak dari hiruk-pikuk dan memahami makna yang lebih dalam.
Mata hati memungkinkan kita untuk melihat dari semua sisi dan ruang, mengakses dimensi-dimensi yang mungkin tidak terlihat oleh mata fisik. Ia mampu merasakan empati terhadap penderitaan orang lain, merasakan keindahan dalam kecilnya momen-momen sederhana, dan menggali makna di balik setiap peristiwa dalam hidup manusia. Saat manusia melihat dengan mata hati, manusia mampu mengenali nilai-nilai yang sejati, menghargai kebaikan, dan merangkul kedamaian sehingga dapat melahirkan kebersamaan dalam perbedaan.
Namun, seperti mata fisik, mata hati juga memerlukan latihan dan perawatan. Dalam dunia yang penuh dengan kebisingan dan distraksi, kita harus belajar untuk merenung dengan sungguh-sungguh. Meditasi, kontemplasi, dan waktu untuk merenung adalah sarana untuk membantu mata hati kita terjaga dan tajam. Dengan mengalokasikan waktu untuk berdiam diri dan merenung, kita memberi kesempatan bagi mata hati kita untuk melihat ke dalam diri dan lebih jauh ke dalam dunia di sekitar.
Jangan biarkan diri kita terjebak dalam pandangan yang sempit. Ingatlah bahwa mata hati adalah anugerah yang diberikan Allah kepada kita untuk melihat lebih jauh dari yang terlihat oleh mata fisik. Dalam muhasabah diri, manusia harus menggunakan mata hati ini untuk menggali makna yang lebih dalam dalam setiap langkah hidup ini. manusia harus melihat dunia dari sudut pandang yang beragam dan memahami bahwa setiap sudut memiliki cerita yang berharga.
Saat kita belajar untuk melihat dalam ruang dengan mata hati, kita akan menemukan kedamaian dalam kekacauan, kebijaksanaan dalam kebingungan, dan keindahan dalam segala hal. maka manusia harus menggunakan kekuatan mata hati untuk menghadirkan kebaikan, kasih sayang, dan pengertian dalam hidup, serta dalam hubungan manusia dengan sesama manusia dan lingkungan sekitar.
Ketiga, mata kaki. Mata kaki ini akan merekam apa yang kita lakukan. Pada hari kiamat mereka akan bersaksi tentang apa yang kita lakukan. Sehingga pada ayat berikutnya dijabarkan jika hendak shalat dan dalam keadaan junub maka harus mandi (mandi besar), dan apabila sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu tidak memperoleh air, maka boleh bertayamum.
Jadi, semua mata yang dimiliki manusia mempunya fungsi masing-masing. Allah tidaklah menciptakan segala sesuatu itu sia-sia, tapi semuanya ada manfaat dan fungsinya dalam kehidupan ini. Maka hal tersebut menjadi salah satu dasar bahwa manusia wajib bersyukur kepada Allah. Semua itu adalah pendidikan yang Allah berikan kepada manusia. Dengan harapan manusia di duina mendapatkan pendidkan yang bernilai tinggi melalui tiga macam mata manusia.
SEMOGA BERMANFAAT