Oleh : Saifunnajar
Dosen IAIN Datuk Laksemana Bengkalis.
Dahulu ketika saya mahasiswa di IAIN Imam Bonjol Padang tahun delapan puluhan, sholat Jum’at di Masjid Nurul Iman Padang, ketika itu khatibnya K.H.Hasan Basri. Jabatannya ketika itu Ketua MUI Pusat. Dengan penuh wibawa dan ketenangan bapak Kiay membawakan Judul khutbahnya Syarat Bahagia dengan mendasarkan Dalil QS. Surah Al-Baqarah ayat 201, dan mengambil rujukan kitab Tafsir Al-Kabir Mafatihul Ghaibi karangan Imam Fakhruddin ar-Razi.
Tidak lama berselang di Masjid yang sama, kebetulan khatibnya bapak H.Syar’i bin Sumin, tokoh agama dan Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an Padang waktu itu, menyampaikan judul khutbah syarat bahagia menurut Imam Fakhruddin ar-Razi.
Setelah itu saya tidak pernah lagi mendengar khatib bercerita tentang syarat bahagia menggunakan rujukan dari Kitab Tafsir Al-Kabir ini.
Maka ada kerinduan saya mencoba mengungkapkan kembali syarat bahagia menurut Imam Ar-Razi, merujuk pada Tafsir Al-Kabir Jilid 2, halaman 202 dan seterusnya.
Dalam kehidupan ini, siapa yang tidak ingin bahagia? Semua orang mendambakan kebahagiaan baik di dunia ini maupun di akhirat kelak. Namun, pertanyaan pentingnya adalah: apa syarat agar seseorang bisa benar-benar bahagia secara utuh dan seimbang?
Menariknya, pertanyaan ini telah dijawab secara mendalam oleh Imam Fakhruddin ar-Razi (w. 606 H), seorang ulama besar dan filosof Islam, dalam mahakaryanya Tafsir al-Kabir. Ketika menafsirkan doa terkenal dalam Al-Qur’an, surat Al-Baqarah ayat 201:
وَمِنۡهُمۡ مَّنۡ يَّقُوۡلُ رَبَّنَآ اٰتِنَا فِى الدُّنۡيَا حَسَنَةً وَّفِى الۡاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَّ قِنَا عَذَابَ النَّارِ ٢٠١
“Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.”
Terhadap ayat, Imam ar-Razi tidak hanya menjelaskan keutamaan doa ini, tetapi juga menguraikan dengan sangat filosofis apa saja yang termasuk “kebaikan dunia” dan “kebaikan akhirat”. Inilah dua fondasi besar syarat kebahagiaan menurut Imam ar-Razi. Ia berkata :
واعلم أن مراتب السعادات ثلاث : روحانية ، وبدنية ، وخارجية
“Ketahuilah bahwa komponen bahagia itu ada tiga: Pertama sehat rohani atau spiritual, kedua sehat secara jasmani atau fisik, ketiga sehat secara sosial, material.
Imam Fakhruddin ar-Razi menyebut bahwa ayat ini mengandung doa paling komprehensif yang mencakup seluruh kebaikan dunia dan akhirat. Beliau membagi makna “hasanah (kebaikan)” dalam dua sisi: duniawi dan ukhrawi, dan mengutip pendapat berbagai ulama.
- Hasanah Dunia: Kebaikan Fisik, Sosial, dan Keluarga.
Makna hasanah (الحسنة) dalam dunia adalah segala bentuk kenikmatan dan kebaikan yang diharapkan manusia, seperti:
Kesehatan,
Keamanan,
Kecukupan rezeki,
Anak yang saleh,
Istri yang salehah,
Kemenangan atas musuh.
Sebagaimana ia katakan :
“أحدها أن الحسنة في الدنيا عبارة عن الصحة ، والأمن ، والكفاية ، والولد الصالح ، والزوجة الصالحة ، والنصرة على الأعداء…”
Ar-Razi juga mengutip ayat:
“إن تصبك حسنة تسؤهم”
“Jika kamu mendapat kebaikan, mereka bersedih hati” (QS. At-Taubah: 50)
Di sini, “hasanah” dipahami sebagai rezeki atau kemenangan.
- Hasanah Akhirat: Pahala, Ampunan, dan Kenikmatan Maknawi.
Adapun “hasanah” akhirat adalah keselamatan dari siksa dan perolehan kenikmatan abadi:
Pahala,
Surga,
Melihat Allah,
Menikmati kedekatan dengan-Nya
“وأما الحسنة في الآخرة فهي الفوز بالثواب، والخلاص من العقاب…”
Kemudian beliau menyimpulkan:
“فقوله ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة كلمة جامعة لجميع مطالب الدنيا والآخرة”
“Doa ini merupakan ungkapan yang mencakup seluruh permintaan kebaikan dunia dan akhirat.”
- Riwayat Anas bin Malik:
Ketika seseorang meminta doa dari Anas bin Malik, beliau hanya membaca doa ini. Saat diminta menambah, beliau menjawab:
“قد سألت لكم خير الدنيا والآخرة”
“Aku telah memintakan untuk kalian kebaikan dunia dan akhirat.”
Ar-Razi mengomentari bahwa memang tidak ada yang lebih utama selain dua dimensi ini dunia dan akhirat.
- Tafsiran Maknawi: Hasanah sebagai Amal Saleh.
Pendapat lain mengatakan bahwa yang dimaksud dengan hasanah dunia adalah:
Iman,
Amal saleh.
Dan hasanah akhirat adalah:
Surga,
Kedekatan dengan Allah,
Menikmati dzikir dan cinta kepada-Nya.
“أن المراد بالحسنة في الدنيا العمل النافع وهو الإيمان والطاعة…”
Dalam hadits, Rasulullah ﷺ menafsirkan “hasanah dunia” sebagai:
“عملاً صالحاً”
“Amal yang saleh.”
- Pandangan Sahabat dan Tabi’in:
Qatadah: Kebaikan dunia dan akhirat adalah keselamatan di kedua alam.
Al-Hasan al-Bashri: Kebaikan dunia adalah memahami Kitabullah, dan kebaikan akhirat adalah masuk surga.
“وعن الحسن : الحسنة في الدنيا فهم كتاب الله تعالى ، وفي الآخرة الجنة”
Kesimpulan Tafsir al-Kabir:
Ayat ini mengajarkan pentingnya keseimbangan dalam berdoa dan hidup. Tidak hanya fokus pada dunia, namun juga berorientasi akhirat. Doa ini merupakan permohonan sempurna karena mencakup:
Segala kebutuhan fisik dan spiritual
Kesejahteraan sekarang dan keselamatan nanti
Kemenangan hidup dan kebahagiaan abadi. Wallahu A’klam bi Showab.




