Oleh : Saifunnajar
Dosen STAIN Bengkalis
Nabi kita Muhammad Saw. memberi kabar gembira kepada seseorang yang telah berbuat kebaikan kepada orang lain, lalu ia mendapatkan pujian dari orang tersebut.
Sebagaimana sabdanya : “Dari Abu Dzar Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: ya Rasulullah. bagaimana pendapat engkau tentang seseorang yang mengerjakan amal kebaikan, lalu orang memujinya? Beliau menjawab: Itu merupakan kabar gembira bagi orang mukmin yang diberikan lebih dahulu di dunia. [HR. Muslim].
Nah, artinya bisa dibilang tanda jadi, bahwa yang dilakukan sebagai pertanda akan mendapatkan ganjaran pahala di sisi Allah, dan dapat melapangkan jalan kita buat menuju surga kelak.
Namun yang menjadi pertanyaan, apakah ada persyaratan lain agar kebaikan yang dilakukan diterima di sisi Allah SWT. ?. Maka jawabnya tentu ada, ialah ikhlas.
Apapun yang dikerjakan kuncinya ikhlas karena Allah SWT. Ini yang terpenting, jika tidak maka kita bisa terjerumus kepada syirik. Tertumpangnya perbuatan mencari tujuan lain selain Redho Allah.
Misalnya petunjuk Allah tentang hal ini, ketika memberi makan atau santunan kepada orang miskin dan anak yatim, hendaklah dipastikan dengan tujuan mengharap Redho Allah (liwajhillah), dan tidak bertujuan berharap balasan terima kasih dari orang diberi(wa la Jazaa-an wa la Syukuuran). (Lihat QS.Al-Insan; ayat 8 dan 9). Karena harus diingat anak miskin dan anak yatim biasanya polos tidak pandai ada basa basi. Sebagai ujian lagi bagi orang yang menyantuni. Maka jangan kecil hati bila memberi tidak mendapat ucapan terima kasih. Rupanya itu memang tidak diperlukan bila ingin kebaikan yang dilakukan akan menolong kita ke Surga.
Kalau orang mengucapkan terima kasih dan bahkan mendoakan kita. Jangan hal tersebut menjadi tujuan kita, dia hanya bonus tanda bahwa amalan kita Insya Allah berbuah manis kemudian.
Ada beberapa peringatan Rasulullah Saw. yang sangat tidak kita harapkan terjadi pada kita, yaitu pertama orang meninggal dalam keadaan syahid, tetapi tidak diakui oleh Allah SWT:
Kata Rasulullah Saw. “Sesungguhnya orang pertama yang akan dihukum kelak pada hari kiamat ialah seseorang yang mati syahid. Dirinya dihadapkan kepada Allah, lalu diperlihatkan nikmat sebagai balasannya, dan iapun mengakuinya. Kemudian dia ditanya: Apa yang dulu engkau kerjakan? Dia menjawab: Aku terbunuh di jalan Mu sampai kiranya aku mati syahid. Allah menyanggah: Dusta kamu! Akan tetapi engkau berjihad supaya dikatakan pemberani, dan kamu telah mendapatkan. Lantas orang tersebut diperintahkan supaya diseret wajahnya hingga dicemplungkan ke dalam neraka”.(HR.Muslim).
Yang kedua, Orang yang menyebarkan ilmu pengetahuan, namun tidak diakui juga oleh Allah SWT.
Sebagaimana Sabda Rasulullah Saw.:
“Kemudian seseorang yang mempelajari ilmu lalu mengajarkannya, dan membaca Al-Quran. Dirinya didatangkan menghadap Allah lalu diperlihatkan nikmat-nikmat yang akan diperolehnya, dan ia pun mengakuinya. Kemudian dia ditanya: Apa yang engkau dulu kerjakan? la menjawab: Aku belajar ilmu lalu mengajarkan pada orang lain, dan aku membaca Al-Quran untuk Mu. Allah menyanggah: Dusta kamu! akan terapi, engkau belajar ilmu supaya dikatakan sebagai orang yang alim, dan engkau membaca Al-Quran supaya dikatakan qori (ahli membaca Al-Quran), dan kamu telah memperolehnya. Kemudian dirinya diperintahkan supaya diseret wajahnya hingga dimasukkan ke dalam neraka”.(HR.Muslim)
Yang ketiga, orang yang mendapat anugerah kekayaan dan telah diinfakkan di jalan Allah, namun ditolak oleh Allah.
“Kemudian seseorang yang telah dilapangkan oleh Allah dan dikasih berbagai macam jenis harta. Dirinya didatangkan kepada Allah, lalu diperlihatkan nikmat-nikmat yang akan diperolehnya, dan ia pun mengakuinya. Kemudian dia ditanya: Apa yang dulu engkau kerjakan? Dia menjawab: Tidak ada yang aku lewatkan satu sarana pun yang Engkau cintai supaya berinfak didalamnya melainkan pasti aku berinfak padanya untuk Mu. Allah menyanggah: Dusta kamu! akan tetapi, engkau melakukannya supaya dikatakan dermawan, dan engkau sudah mendapatkannya. Kemudian diperintahkan supaya dirinya diseret wajahnya lalu dilemparkan ke dalam neraka”. (HR. Muslim).
Dari cerita di atas, dapat kita ambil pelajaran bahwa perbuatan riya’ dan tidak ikhlas merupakan langkah seseorang dimasukkan ke dalam neraka.
Maka selagi kekuasaan ada pada kita kemudian kita berjuang, kita kerahkan untuk kejayaan bangsa, dan mensejahterakan rakyat dan masyarakat, tanpa pamrih, pokuskan hanya mengharap redho Allah, berpahala di akhirat. Ilmu yang dicari, ilmu yang diajarkan, mengharap pahala akhirat. Jangan bertujuan semata duniawi. Kekayaan yang berlimpah, kemudian di belanjakan, digunakan membantu rakyat dan masyarakat, jangan disebut-sebut dan jangan menjadi tujuan mengharap pujian dari masyarakat. Tapi kalau masyarakat memberikan pujian mudahan itu sebagai alamat, kita mendapat nikmat yang lebih di hari Qiamat. Aamiin, Allah ‘aklam bi Showab