Bengkalis – Sekolah TInggi Agama Islam negeri Bengkalis melalui Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Syariah dan Ekonomi Islam dan Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Akhwal Syakhsiyyah, menggelar seminar Nasional dengan mengetengahkan tema “Potret Pemikiran Ulama Nusantara antara Agama dan Budaya” seminar berlangsung di Aula Alfarabi STAIN Bengkalis, Senin, (07/05/2018).
Mendatang 3 pembicara dari luar yakni dari Kementerian dan PTKIN yaitu Pertama Ruchman Basori, M.Ag, Kasi Kemahasiswaan Diktis Kementerian Agama RI, Kedua DR. Suprianto, Lc, M.Si Wakil Rektor III IAIN purwokerto, DR. Zainudin, MA Wakil Rektor III Langsa Aceh.
Seminar dibuka oleh Ketua STAIN Bengkalis Prof. Dr. H. Samsul Nizar, M.Ag, yang diwakili Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, Wira Sugiarto, S.IP, M.Pd.I, dalam sambutannya beliau menyampaikan salam dan permintaan maaf dari Ketua STAIN Bengkalis yang dalam hal ini tidak bisa hadir ditengah-tengah kita, karena beliau masih di jakarta dalam hal alih status STAIN Bengkalis, kami ucapkan terimakasih atas kesediaan para Narasumber berkenan hadir di STAIN Bengkalis,
” kami ucapkan selamat datang di kampus STAIN Bengkalis, kampus yang baru ini, yang masih muda ini akan terus berlari dan maju, tentunya kami butuh dukungan dan bimbingan dari Kampus Senior, salah satunya dengan cara mengundang baik itu dari Kementerian dan Kampus PTKIN yang ada indonesia, sekaligus untuk memperlihatkan perkembangan yang ada di STAIN Bengkalis” tutur wira
Ketiga pembicara sepakat Problem liberalisme, fundamentalisme, dan radikalisme di Indonesia ini merupakan tantangan serius yang harus diselesaikan. Untuk mengatasinya, Kasi Kemahasiswaan Direktorat Jendral Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Ruchman Basori, mengajak untuk kembali pada Islam kebangsaan.
“Maka kembalilah kepada Islam kebangsaan yaitu Islam yang digali dari bumi Indonesia, yang difikirkan oleh ulama Indonesia yang kembali pada Al-Quran, Hadis, dan Qiyas. Serta menghargai budaya lokal karena Islam tidak hanya akidah saja melainkan ada tiga hal yaitu akidah, syariat dan tasawuf,” tegas Ruchman.
Dalam forum itu, Wakil Rektor III IAIN Purwokerto, DR. Suprianto, Lc, M.Si menjabarkan, beberapa masalah yang ada di Indonesia. Pertama masalah radikalisme yang melanda bangsa ini. Kelompok radikal menurutnya, biasanya pemikirannya tertutup dan kerap menyalahkan pihak yang berbeda pemahamannya.
“Kelompok ini semangat beragamanya tinggi namun kurang didukung dengan pemahaman agama yang cukup mendalam dan kadang hanya diperoleh dari liqo tanpa mempelajarinya dari para ulama yang otoritatif,” bebernya.
Tambah Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama IAIN Langsa Aceh, DR. Zainudin, MA mengutip apa yang disampaikan oleh K.H. Mustofa Bisri
“K.H. Mustofa Bisri, pernah menyampaikan, kelompok radikal itu baru belajar sampai bab ghdhob (marah) sudah berhenti, sudah merasa paling Islam, marah terus ke mana-mana, padahal setelah itu ada bab sabar, bab tawadhu,” ujar DR. Zainudin, MA mengutip pernyataan Gus Mus.
Selain itu, kata Ketua Pimpinan Pusat Bidang Kaderisasi Gerakan Pemuda Ansor, Ruchman, permasalahan yang cukup besari di negeri ini adalah dalam dunia pendidikan. Dia mengungkap, masih ada disparitas pendidikan di negara. Masalah sarana pendidikan. Misalnya di Papua saat ini. Saat anak-anak banyak yang bersemangat untuk sekolah namun akses pendidikan, di sana masih kurang memadai. Kemudian masalah moral siswa terjerumus pada narkoba.
Lanjut DR. Zainudin, MA menegaskan kembali, “perlu adanya dosen cerdas dan dapat membangun semangat mahasiswa sehingga mereka mempunyai semangat intelektual yang tinggi dan inovasi yang tiada henti”. tegas Zainudin Warek III IAIN Langsa Aceh.
Wakil Rektor III IAIN Purwokerto menambahkan untuk turut menyikapi problem radikalisme, dia berpesan pada mahasiswa untuk turut berperan aktif mengatasinya baik melalui media sosial maupun dalam keseharian.