Perkembangan teknologi informasi (TI) melaju dengan cepat dan dibarengi dengan berbagai inovasi dapat mendekatkan atau menjauhkan masyarakat kepada pemahaman agama. Saat ini, nyaris tidak ada lagi batasan bagi manusia dalam berkomunikasi, mereka dapat berkomunikasi kapan saja dan di mana saja. Perkembangan informasi tidaklah menunggu hari, jam, atau menit, namun dalam hitungan detik bermacam-macam informasi baru sudah dapat ditemui di internet.
Media massa, terutama televisi, telah menjadi bagian penting bagi masyarakat. Banyak waktu yang digunakan untuk menonton tayangan televisi. pada umumnya masyarakat menggunakan waktunya untuk menonton televisi lebih banyak daripada untuk kegiatan belajar dan kegiatan lainnya yang mmberikan manfaat bagi orang-orang yang ada disekelilingnya. Padahal keberadaan media televisi bukanlah untuk mengabaikan aktivitas-aktivitas penting dan bermakna.
Arus teknologi informasi dan komunikasi senantiasa bergerak di tengah perkembangan zaman yang dinamis. Begitu pula teknologi internet yang menemukan bentuk terbaru dengan berbagai ragam dan jenis. Jika berbagai macam teknologi ini tidak digunakan kepada hal-hal yang bermanfaat, justru akan menimbulkan berbagai permasalahan yang menghambat kemajuan bangsa.
Dengan perkembangan dan kemajuan teknologi informasi, dakwah semakin dimudahkan. Saat ini, untuk mendengarkan pengajian tidak harus berhadapan langsung dengan ulama, namun cukup dengan mengakses internet, masyarakat bisa mendapatkan bahan bacaan keagamaan sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan dan di manapun mereka berada.
Para pelaku dakwah sudah seharusnya memanfaatkan media baru beserta aplikasi-aplikasinya sebagai sarana dalam berdakwah. Berbagai media itu bermanfaat untuk menanamkan nilai, ideologi, atau gagasan yang dipandang penting.
Seiring dengan pesatnya perkembangan sains dan teknologi, problematika dakwah Islam semakin kompleks. Baik di bidang sosial, ekonomi, budaya, politik dan sebagainya. Bahkan di bidang keagamaan sendiri, sebagai salah satu efek kemajuan yang ada, juga mengalami problem yang tidak ringan. Kemajuan teknologi informasi dapat dijadikan penyebaran dakwah Islamiyah, khususnya teknologi informasi seperti internet, karena jutaan informasi bisa ditransfer hanya dalam hitungan detik melalui media televisi dan internet.
Penggunaan berbagai teknologi bermanfaat untuk kepentingan dakwah. Usaha dakwah Islamiyah bagi kehidupan umat Islam sangatlah penting. Oleh karena itu maka semua potensi yang dimiliki sedapat mungkin digunakan untuk menunjang eksistensi dakwah Islamiyah.
Dalam kehidupan masyarakat modern, media memainkan peranan penting bagi kehidupan sosial. Media, baik media cetak maupun media elektronik, telah menjadi salah satu kebutuhan dasar bagi masyarakat modern. Itulah sebabnya, media massa khususnya media televise telah menjadi saluran primer bagi penyebaran dakwah Islamiyah dewasa ini. Begitu tingginya penetrasi media televise dalam kehidupan modern, maka fenomena ini telah menjadi kajian penting dalam studi ilmu komunikasi khususnya yang berkaitan dengan dengan media komunikasi.
Pemirsa mempunyai kewenangan mutlak untuk menentukan program dakwah di televisi mana yang akan diikutinya sesuai dengan tingkat kepuasan yang ingin dicapainya dari program yang diikutinya. Fakta ini merupakan kontra teori yang menyatakan bahwa media massa yang mendominasi pemirsanya.
Salah satu media elektronik yang tampaknya menonjol dibandingkan dengan media massa adalah televisi. Media televisi tampaknya memiliki keistimewaan karena merupakan penggabungan dari media dengar (audio) dan gambar (visual). Muatan isi dari media televisi bisa berupa informasi, hiburan maupun pendidikan, bahkan bisa jadi merupakan gabungan dari ketiga unsur di atas. Dengan ukuran yang relatif kecil, sehingga pesawat televisi bisa dengan mudah untuk masuk ke dalam rumah ukuran apapun.
Penyampaian isi atau pesan juga seolah-seolah langsung antara komunikator (pembawa acara, presenter, artis) dengan komunikan (pemirsa). Informasi yang disampaaikan mudah dimengerti karena jelas terdengar secara audio dan terlihat jelas secara visual.
Membicarakan tentang media televisi sebagai salah satu bagian dari media massa, maka pembicaraan tersebut pasti akan menyangkut pembicaraan tentang globalisasi media massa.
Televisi memang memiliki kelebihan dibandingkan dengan media massa lainnya karena memiliki tampilan audio visual yang idak dimiliki media lainnya. Dari segi kecepatan liputan berita, televisi sudah jauh meninggalkan surat kabar. Berbagai program siaran televise uatamanya menyangkut hiburan an informasi sangat diminati oleh masyarakat. Sehingga media ini sangat baik jika digunakan untuk menyebarkan berbagai informasi seperti berita, hiburan, film, bahkan materi menyangkut pembinaan rohani. Hal ini terkait dengan asumsi bahwa televisi merupakan alat informasi yang ampuh dalam mengubah sikap dan perilaku pemirsa, karena efek suara an bentuk gambarnya secara nyata dapat disaksikan mata pemirsa di rumah.
Adalah kenyataan bila gambar yang tertayang di televisi (paket acara) baik film, drama, berita maupun iklan, akan mempengaruhi kejiwaan pemirsa, demikian pula halnya dengan acara-acara kerohanian khususnya yang berkaitan dengan pembinaan rohani Islam, khususnya acara dakwah. Memang harus diakui bahwa di antara sekian banyak paket acara televisi, bisa jadi yang paling sedikit peminatnya adalah acara-acara keagamaan. Hal ini berkaitan dengan kenyataan bahwa acara seperti ini kuang diminati oleh pemasang iklan sehingga paket acaranya pun cenderung monoton dan kurang menarik.
Berbagai acara siraman rohani Islam muncul di layar kaca nasional. Paket acara ini menjadi santapan rohani umat Islam di pagi hari. Acara ini ternyata mendapat perhatian yang luas dari kalangan umat Islam karena dirasakan cukup bermanfaat bagi pemirsa di rumah.
Meskipun demikian, paket acara dakwah di media televisi tetap saja tak luput dari kekurangan. Selain karena terlalu seringgnya acara demikian di berbagai stasiun televisi Indonesia yang berimbas pada monotonnya program siaran, bisa jadi program acara seperti ini disusupi misi terselubung dari nara sumbernya. Karena meski dibalut dengan program dakwah Islamiyah, tapi setiap presenter juga berasal dari latar belakang keyakinan atau ideologi yang berbeda, apalagi ini berkaitan dengan latar belakang keagamaan pemirsa yang juga beragam. Sehingga hal ini ikut mempengaruhi minat pemirsa untuk mengikuti program dakwah dimaksud. Meskipun demikian, kehadiran paket acara keagamaan di layar televisi nasional sudah patut di syukuri karena bisa diharapkan memberikan bimbingan mental bagi umat Islam Indonesia setiap harinya. Dan fakta ini membuktikan bahwa, siaran televisi bisa menjadi media penyampaian pesan-pesan dakwah bagi masyarakat banyak.
Bisnis televisi adalah bisnis yang padat modal, sehingga keseluruhan programnya termasuk juga program dakwah Islamiyah dirancan untuk sebanyak mungkin mengangkat citra stasiun televisi untuk meraih keuntungan ekonomi sebesar-besarnya.
Di dunia televisi, sebuah program televisi yang tersaji di hadapan pemirsa sebagaimana juga program dakwah Islamiyah melibatkan banyak pihak yang memungkinkan bisnis televisi tetap hidup. Pihak-pihak yang terlibat dalam penyusunan program tersebut antara lain:
Pertama, Stasiun Televisi yang menjadi media penyebaran program siaran kepada masyarakat yang terjangkau dengan pancaran gelomban siarannya. Media ini cukup diminati karena merupakan gabungan ari media dengar dan gambar. Bisa bersifat informatif, hiburan mapun pendidikan, bahkan merupakan gabungan dari ketiga unsur di atas. Secara spesifik, program dakwah Islamiyah merupakan peranan televisi dalam upaya pendidikan masyarakat khususnya dalam bidang kerohanian.
Kedua, Production House atau sering disebut Rumah Produksi, adalah lembaga terpisah dengan stasiun televisi. Lembaga ini memproduksi programprogram televisi seperti film atau sinetron. Kemudian paket acara tersebut dijual ke stasiun televisi untuk ditayangkan. Dalam kaitannya dengan produksi siaran dakwah Islamiyah, stasiun televisi menggunakan dua cara yaitu membeli paket siaran dari Production
House terutama progrm siaran dakwah yang menggunakan media luar ruang. Adapun cara kedua, stasiun televisi memproduksi sendiri siaran dakwahnya. Cara ini disebut dengan istilah in house production, dimana stasiun televisi menggunakan studio internalnya dan menyiarkan secara langsung program dakwah tersebut kepada khalayak. Biasanya program ini bersifat interaktif, yang memungkinkan terjadinya diskusi secara
langsung antara da’i dengan pemirsanya.
Ketiga, Lembaga Suvei Pemirsa. Lembaga ini juga adalah lembaga yang berdiri terpisah dengan stasiun televisi. Lembaga ini berfungsi meneliti minat pemirsa tentang suatu program televisi. Pemirsa yang disurvei biasanya mereka yang tinggal di kota-kota besar yang disurvei melalui saluran telepon. Hasil akhir dari penelitian ini adalah rating siaran. Rating adalah suatu istilah di dunia pertelevisian yang menjadi indikator tentang jumlah besaran pemirsa yang menyaksikan sebuah program televisi. Rating itu biasanya dilambangkan dengan angka-angka, semakin besar angka rating sebuah acara televisi berarti semakin besar jumlah orang yang menyaksikan acara tersebut. Rating juga ikut menentukan kapan waktu sebuah program televisi ditayangkan. Semakin besar ratingnya maka semakin besar kemungkinan siaran tersebut ditayangkan saat prime time (jam tayang utama yang berlangsung antara pukul 19.00-22.00 setiap harinya). Program dakwah Islamiyah memang sangat jarang ditayangkan saat prime time, karena pada saat-saat seperti itu biasanya para pemirsa akan lebih memilih siaran-siaran hiuran seperti sinetron, kuis, dan lain sebagainya.
Program-program dakwah Islamiyah biasanya ditayangkan sebagai pembuka acara di pagi hari, kemungkinan disesuaikan dengan aktivitas kaum Muslimin yang baru selesai menunaikan ibadah sholat Subuh. Meskipun demikian, lembaga survei tetap memasukkan program dakwah Islamiyah dalam rangkaian surveinya terutama terkait dengan siapa da’i yang menjadi favorit pemirsa televisi.
Keempat, Pemasang Iklan. Media massa khususnya televisi ditunjang kehidupannya dengan iklan yang menjadi ujung tombak pemasukan terutama bagi televisi swasta. Bahkan saat ini TVRI pun tidak lagi ”mengharamkan” iklan menjadi bagian dari siarannya. Popularitas sebuah program acara, akan semakin menyebabkan program tersebut diminati pengiklan. Biasanya para pengiklan berpatokan pada rating siaran dan jam tayangan sebuah proram siaran. Program dakwah Islamiyah, meskipun bukan merupakan merupakan tayangan utama dari stasiun televisi, namun tetap diminati oleh pengiklan karena segmen sasarannya umat Islam Indonesia sangat besar, terutama iklan produk produk yang berkaitan dengan kebutuhan umat Islam seperti perlengkapan ibadah, produk-produk halal dan lain sebagainya.
Kelima, Pemirsa sebagai obyek. Penonton televisi menjadi pihak terakhir dalam mata rantai siaran televisi. Dari sisi stasiun televisi, pemirsa adalah receiver atau penerima siaran. Dari sisi pemasang iklan, pemirsa adalah market bagi produk-produk yang ditawarkan melalui iklan-iklannya. Dari sisi lembaga survei, pemirsa adalah obyek penelitian untuk menentukan rating dari siaran televisi. Bisa jadi, pemirsa adalah muara dari nilai positif dan negatif siaran televisi.
Keterlibatan semua pihak di atas, telah memungkinkan adanya berbagai program acara televisi, termasuk di dalamnya siaran-siaran dakwah Islamiyah. Dari sisi dunia pertelevisian seluruh program yang ditayangkan di layar kaca, di-setting untuk kepentingan pencitraan stasiunnya sekaligus sebagai nilai jual dan daya tarik modal yan diharapkan muncul dari pemasang iklan. Sehingga segala program yang dianggap akan merusak citra televisi dan berimbas pada larinya pemasan iklan sedapat mungkin dihindari.
Program-program siaran dakwah Islamiyah yang ditayangkan oleh stasiun televisi juga tidak terlepas dari upaya pencitraan yang positif dalam pandangan semua pihak. Oleh karena itu, penayangan siaran dakwah Islamiyah di televisi tidak semata-mata ditujukan untuk menyeru dan mengajak manusia ke jalan Allah sebagaimana tujuan ideal dakwah Islamiyah, akan tetapi juga ditujukan untuk meraih sebanyak mungkin pemirsa di rumah untuk mendongkrak rating program sekaligus sebagai jalan untuk menarik pemasang iklan.
Oleh karena itulah, fokus utama stasiun televisi terhadap siaran dakwah yan akan ditayangkan bukan pada materi atau metode yang dibawakan, akan tetapi pada person atau da’i yang akan membawakan dakwah Islamiyah tersebut. Karena da’i merupakan key person dalam program tersebut, dan karena itulah maka dicarilah da’i dengan citra dan reputasi positif di mata masyarakat banyak. Oleh karena itulah, maka dalam kurun waktu tertentu bisa dilihat terjadi pergeseran dari da’i yang satu ke da’i yang lainnya yan menghiasi layar kaca televisi Indonesia.
Di luar semua itu, sesungguhnya sulit untuk mengukur tingkat keberhasilan dakwah Islamiyah yang disampaikan melalui layar kaca baik itu yang disampaikan oleh KH Zainuddin MZ, Aa Gym, atau Ustad Jefri Al- Bukhori maupun ustad-ustad lainnya. Stasiun televisi tidak mau peduli tentang siapa yang lebih baik dakwahnya antara Ustad Jefri Al-Bukhori atau Prof. Quraish Shihab, karena perbandingan seperti ini diluar konteks mereka.
Bagi mereka yang penting, da’i tersebut mempunyai citra yang baik dan disenangi masyarakat sekaligus juga disenangi pemasang iklan. Inilah inti dari program dakwah di dunia televisi. Karena dunia televisi adalah dunia kapitalis yang digerakkan sepenuhnya oleh idealisme modal, sehingga keseluruhan program acaranya termasuk program dakwah Islamiyah diarahkan sepenuhnya untuk kepentingan tersebut.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Teknologi Informasi seperti televisi sangat bermanfaat sebagai sarana dakwah yang memiliki jangkauan yang lebih luas dan dapat dengan mudah dapat diakses oleh masyarakat.
Hendaknya masyarakat tidak hanya mempelajari agama melalui televisi saja, namun harus mencari kebenarannya melalui guru-guru atau ulama-ulama yang lebih memahami ilmu agama agar tidak dipengaruhi oleh paham-paham yang meyesatkan.
Bio data penulis
Nama : Muhammad Aufa Muis
TTL : Stabat, 25 November 1985
Alamat : Jln. Sei Batang Serangan, Lingk. XIV, Nomor 09, Stabat, Langkat
No hp : 085361741226
Alamamat email : muhammadaufamuis25@gmail.com