Oleh : Samsul Nizar
Guru Besar & Ketua STAIN Bengkalis
Tanggal 17 Agustus merupakan hari bersejarah, Citra, semangat, harapan, dan harga diri bangsa Indonesia. Momentum tak terlupakan, baik historis maupun citacita masa depan bangsa Indonesia. 76 tahun sudah sang Merah Putih berkibar merdeka (1 7 Agustus 1945-17 Agustus 2021) di bumi pertiwi. Namun, apakah pesan sang Merah Putih telah dipahami dan dipedomani.
Penetapan bendera Merah Putih bukan hanya sebatas pilihan warna. Kibarannya bukan tanpa makna. Sejuta nilai ingin disampaikan pada seluruh anak negeri ini. Sungguh dalam makna filosofis yang terkandung pada Bendera Merah Putih.
Nilai filosofis tersebut antara Iain : Pertama, Warna merah putih adalah diri setiap manusia, tak ayal khususnya bangsa Indonesia. Bagai sebatang tubuh, harmonisasi darah merah dan darah putih dengan sistem kerja masing-masing, menjadikan tubuh mampu melaksanakan tugas dan fungsinya secara baik (sehat). Namun, tatkala sistem kerja darah merah dan darah putih tak lagi “harmonis” sehingga akan menimbulkan berbagai penyakit (tidak sehat). Akibat tubuh tidak sehat, maka manusia tak mampu hidup secara harmonis. Harmonisasi nilai merah putih akan mampu menyehatkan negeri ini. Namun, bila harmonisasi telah punah dengan mengedepankan kepentingan pribadi dan golongan, maka sakitlah negeri ini. Hanya tatkala sang merah putih mampu diharmoniskan dalam kehidupan bernegara, negara ini akan jaya.
Kedua, Warna merah putih mengandung makna “sumpah setia” sejak tubuh dialiri oleh merahnya darah (hidup) sampai kematian (putih tulang belulang), negeri ini akan dipelihara dan dipertahankan kedaulatannya. Meski hayat hancur dalam tanah, silahkan seluruh tulang belulang ini digunakan sebagai senjata untuk mempertahankan negeri tercinta. Sejengkal kedaulatan kan ditebus dengan darah dan tulang sebagai penyangga.
Ketiga, Bendera merah putih berkibar di angkasa memberikan makna tingginya cita-cita dan martabat bangsa Indonesia. Cita-cita yang termaktub dalam seluruh kalimat pada Pembukaan UUD 1945, antara lain Pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, Kebulatan tekad dan i ltikad Iuhur para the founding father tersusun rapi dalam rumusan Pancasila. Sungguh cita-cita mulia yang tak bertentangan dengan ajaran semua agama dan tak dapat disanggah oleh logika manapun jua.
Keempat, berkibarnya sang merah putih pertanda menyatu dengan alam dan hidup harmonis dengan semesta. Kibarannya disebabkan adanya angin dari alam yang terjaga. Bayangkan bila angin tidak lagi berhembus, bendera akan kehilangan gagahnya. Tamsil bahwa kehidupan membutuhkan interaksi harmonis bila ingin “menyeruak keangkasa”. Hebatnya sang merah putih ternyata memerlukan angin dan alam yang bersahabat. Simbol perlunya hidup berdampingan dan harmonis bila ingin hebat. Demikian pula sebaliknya. Namun, pada sore hari, bendera turun dari tempatnya gagah berkibar, memberi makna sifat tawadhu l dan tidak sombong diri. Sifat yang harus dimiliki oleh seluruh elemen dan anak negeri. Tatkala berada di atas menyeruak angkasa, ia tak lupa bahwa pada waktunya akan turun ke bumi. Tatkala berada di bumi, ia tak pula memaksa harus ke atas sebelum waktunya berkibar memberi keanggunannya dengan penuh arti.
Kelima, bendera merah putih merupakan wujud sumpah setia anak bangsa Indonesia. Selama hayat dikandung badan, bakti untuk negeri akan diberikan. Wujud kesyukuran yang tiada henti. Kesyukuran atas gagahnya sang merah putih berkibar di negeri ini perlu dilakukan dengan tetap pada tujuan negera. Sebab, tujuan negera merupakan manifestasi dari ajaran agama. Wujud kesyukuran dengan membangun kesejahteraan seluruh anak bangsa merupakan nilai yang diajarkan oleh Yang Maha Kuasa. Bila kesyukuran diganti dengan kekufuran, maka azab Allah sangatlah pedih. Meşki terkadang hadirnya azab akibat ulah segelintirnya saja, namun akibatnya dirasakan seluruh yang ada. Lihatlah apa yang dipesankan Allah dalam firman-Nya, “…Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku)J maka pasti azab-Ku sangat pedih” (QS. İbrahim : 7).
76 tahun Sang Merah Putih berkibar dengan gagah perkasa di seluruh nusantara. Tanpa ragu berkibar meneriakkan pada seluruh anak negeri untuk bersatu dan hidup harmonis. Kibarannya bukan sekedar menghias angkasa, tapi menyampaikan sejuta pesan dan nilai untuk dilaksanakan. Hadirnya bukan sekedar paduan warna, tapi sejuta pesan untuk pedoman. Andai Sang Merah Putih dapat berkata, ia akan bisikan penilaiannya atas apa yang telah dilihat selama 76 tahun berkibar di seluruh nusantara. Moga bisikannya adalah bisikan kebanggaan karena nilai yang dikibarkan mampu dilaksanakan seluruh elemen bangsa. Jangan sampai bisikannya adalah justeru tangisan pilu karena ulah anak bangsa yang serasa jauh dari apa yang dihadirkan oleh Sang Merah Putih. Pilu karena ia tak Iagi mampu menyatukan elemen bangsa akibat muncul ”bendera-bendera kepentingan” yang dengan angkuh mengalahkan gagahnya Sang Merah Putih.
Berkibarlah Benderaku selamanya. Hancurkan ”bendera-bendera” yang merusak negeri. Berkibarlah menyatukan hati anak negeri untuk membangun Indonesia menggapai kesejahteraan seluruh rakyat yang merata dan berkeadilan. Digahayu negeriku. Engkau telah berkibar gagah di negeri merdeka selama 76 tahun. Banyak catatan yang akan engkau berikan. Tinggal kami yang berkaca pada apa yang telah kami lakukan. Bila tersisa rasa malu, kibaranmu akan semakin membahana dan perkasa selamanya. Tapi, tatkala rasa malu tak lagi tersisa, kibaranmu hanya akan menyisakan kepiluan tertunduk malu melihat apa yang terjadi.
Tinggal kita yang bisa menjawabnya. Akankan Sang Merah Putih tinggal sebatas simbol bisu tanpa pesan, berkibar tak tau haluan. Atau kibarannya mengandung sejuta nilai yang patut dipedomani bila masih ada rasa kebangsaan dalam dada.
Wa Allahua’lam bi al-Shawwab
Terbit di Harian Riau Pos tanggal 16 Agustus 2021