Menyambut datangnya Syawal, Ketua STAIN Bengkalis, Dr. H. Abu Nawar, M.Ag menulis sebuah artikel berjudul Semai 4 Sikap Moderat di Idul Fitri. Artikel tersebut sebagai salah satu ungkapan syukur atas segala limpahan nikmat dan rahmat Allah Swt atas kesempatan yang telah diberikan dalam menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan, serta bertemu dengan hari kemenangan yakni Idul fitri.
“Ungkapan yang paling patut kita ucapkan di tengah lantunan takbir, tahmid, tahlil yang berkumandang serta kebahagiaan Hari Raya Idul Fitri kali ini, adalah rasa syukur kepada Allah SWT. Dialah yang telah menganugerahkan nikmat-nikmat kehidupan dunia yang jika coba kita hitung satu-persatu, maka niscaya tak sanggup kita menghitungnya,” Ungkap beliau.
Menurutnya, setidaknya ada empat sikap moderat yang perlu di semai dalam Idul Fitri dan menjadi ciri apakah seseorang moderat atau tidak, yakni :
Yang pertama adalah sikap toleran yakni saling menghargai dan menghormati dalam bingkai aspek kemanusian. Sikap toleran merupakan sikap positif yang mampu memunculkan kedamaian karena berupaya menjaga hati orang lain di tengah perbedaan-perbedaan yang merupakan bagian dari fakta sosial yang tidak bisa terelakkan.
Sikap kedua adalah menguatkan komitmen kebangsaan. Kita perlu menyadari bahwa Indonesia bukanlah negara agama. Indonesia juga bukan negara sekuler yang anti pada agama. Kita hidup di tengah beragamnya suku, budaya, dan agama yang semua itu menjadi sebuah kekayaan Indonesia yang harus dipertahankan. Kehadiran pemerintah dalam hal ini sangat penting agar semangat kebangsaan, keberagaman, dan keberagamaan bisa terus bersemai.
Sikap ketiga yang perlu kita semai pada momentum Idul Fitri adalah menerima kearifan lokal yang sudah melekat dalam tradisi dan budaya masyarakat. Tradisi dan budaya luhur yang ada harus kita pertahankan sebagai identitas mulia bangsa Indonesia. Pada momentum lebaran, banyak tradisi yang mampu menjadikan kita lebih moderat dalam beragama. Di antaranya adalah budaya halal bi halal yakni berkunjung dan bersilaturahmi untuk saling memaafkan pada Hari Raya Idul Fitri. Halal bi halal warisan para ulama ini sangat luhur dan hanya ada di Indonesia.
Selanjutnya sikap yang keempat adalah anti kekerasan. Idul Fitri menjadi momentum tepat untuk menghaluskan hati dan menyingkirkan benih-benih kekerasan yang bercokol dalam diri. Nilai-nilai kemanusiaan yang muncul dari Idul Fitri seperti kebersamaan, saling memaafkan, kebahagiaan, dan kerukunan akan mampu memunculkan kecintaan yang pada akhirnya setiap individu akan anti terhadap kekerasan. Kita tidak diperbolehkan melakukan kekerasan terlebih mengatasnamakan agama karena pada dasarnya, agama mengajarkan cinta dan kasih sayang.
Semoga Allah Swt memberkahi kita semua, dan kita berakhir dengan husnul khotimah, aamiin.
Melalui moment ini, Ketua STAIN Bengkalis mewakili seluruh civitas akademika, mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1445 Hijriah.
Minal ‘Aidin Walfaizin, Mohon Maaf Lahir dan Batin.