Oleh : Dr. H. Abu Anwar, M.Ag (Ketua STAIN Bengkalis)
Tanggal 2 Mei setiap tahunnya diperingati sebagai momentum hari Pendidikan. Penentuan tanggal 2 Mei sebagai Hari Pendidikan Nasional, bukan tanpa sebab. Ada sejarah panjang pendidikan di Indonesia hingga akhirnya tiap tanggal 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Pertama kali pemerintah menetapkan 2 Mei sebagai Hari Pendidikan Nasional adalah pada 16 Desember 1959. Tanggal 2 Mei dipilih karena tanggal itu merupakan tanggal lahir Ki Hajar Dewantara sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia. Agar lebih paham mengenai Hari Pendidikan Nasional, tak ada salahnya para siswa tahu bagaimana sejarahnya.
Ki Hadjar Dewantara lahir dari keluarga kaya, ia dikenal karena berani menentang kebijakan pendidikan pemerintah Hindia Belanda pada masa itu. Sebab hanya memperbolehkan anak-anak kelahiran Belanda atau orang kaya yang bisa mengenyam bangku pendidikan. Kritiknya terhadap kebijakan pemerintah kolonial menyebabkan ia diasingkan ke Belanda, dan ia kemudian mendirikan sebuah lembaga pendidikan bernama Taman Siswa setelah kembali ke Indonesia
Ki Hadjar Dewantara, yang nama aslinya adalah R.M. Suwardi Suryaningrat, diangkat sebagai Menteri Pendidikan setelah kemerdekaan Indonesia. Adapun filosofinya, Tut Wuri Handayani “di belakang memberi dorongan”, digunakan sebagai semboyan dalam dunia pendidikan Indonesia. Ia lahir di Yogyakarta pada 2 Mei 1889 dan wafat pada tanggal 26 April 1959.
Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) dalam perspektif Pendidikan Islam dapat dilihat sebagai momentum untuk meningkatkan kesadaran dan komitmen terhadap pendidikan yang berkualitas dan berkarakter. Berikut beberapa perspektif Pendidikan Islam terkait Hardiknas:
- Pendidikan sebagai investasi akhirat. Dalam Islam, pendidikan dipandang sebagai investasi yang sangat berharga untuk kehidupan akhirat. Oleh karenanya Islam memandang bahwa Pendidikan wajib dilaksanakan.
- Pendidikan yang berkarakter. Pendidikan Islam menekankan pentingnya pendidikan yang berkarakter, yaitu pendidikan yang tidak hanya fokus pada pengetahuan, tetapi juga pada pembentukan keperibadia sesorang agar berkarakter dan akhlak mulia.
- Pendidikan yang inklusif. Pendidikan Islam menekankan pentingnya pendidikan yang inklusif, yaitu pendidikan yang dapat diakses oleh semua orang tanpa memandang latar belakang dan kemampuan.
- Pendidikan yang berbasis nilai-nilai Islam. Pendidikan Islam menekankan pentingnya pendidikan yang berbasis nilai-nilai Islam, seperti nilai-nilai keadilan, kesetaraan, dan kasih saying dan cinta.
Implementasi Pendidikan Islam dalam Hardiknas dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:
- Meningkatkan kesadaran akan pentingnya Pendidikan. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan urgensi pendidikan dalam meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan dunia dan akhirat.
- Mengembangkan pendidikan yang berkarakter. Mengembangkan pendidikan yang berkarakter dan berbasis nilai-nilai Islam.
- Meningkatkan akses Pendidikan. Meningkatkan akses pendidikan bagi semua lapisan masyarakat, terutama bagi mereka yang kurang mampu.
- Mengembangkan kurikulum yang berbasis nilai-nilai Islam. Mengembangkan kurikulum yang berbasis nilai-nilai Islam dan relevan dengan kebutuhan masyarakat.
Dengan demikian, Hardiknas dapat menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran dan komitmen terhadap pendidikan yang berkualitas dan berkarakter dalam perspektif Pendidikan Islam.