Oleh : Samsul Nizar
Guru Besar STAIN Bengkalis
Al-Quran merupakan petunjuk yang solutif. Persoalan yang pernah terjadi, sedang terjadi, dan akan terjadi atau dialami manusia semua telah disampaikan Allah dalam al-Quran. Sungguh kehadirannya sebagai pedoman, memberikan peringatan, dan membangun harapan melalui solusi tepat yang penuh motivasi. Namun, semua tergantung atas kualitas diri.
Di antara sedemikian banyak berita yang disampaikan al-Quran adalah peristiwa nabi Adam dan Iblis. Peristiwa yang menghadirkan pelajaran penuh hikmah bagi manusia bijak beradab agar terhindari perilaku yang biadab. Adapun i’tibar yang bisa dipetik antara lain :
Pertama, Adam dan Hawa diberi kehidupan surga penuh kenikmatan. Adam dianugerah-kan potensi yang mengangkat derajatnya dibanding makhluk Allah lainnya. Potensi tersebut berupa ilmu pengetahuan. Hal ini sesuai firman-Nya : “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman : ‘Sebut-kanlah kepada-Ku nama benda-benda ini, jika kamu memang benar !” (QS. al-Baqarah : 31).
Ibnu Katsir menjelaskan, bahwa ayat di atas merupakan pernyataan Allah atas kelebihan nabi Adam (manusia) berupa ilmu (hikmah) atas alam semesta. Potensi ini tak dimiliki oleh Malaikat dan iblis. Untuk itu, perintah “sujud” bermakna penghormatan dan peng-akuan atas kelebihan Adam (pihak lain). Namun, iblis menolak perintah-Nya. Dengan angkuh, ia yang menilai dirinya lebih mulia dan pantas dibanding Adam (QS. al-A’raf : 12). Sifat yang demikian sangat dimurkai oleh Allah dan menjadikan iblis terhina akibat kesombongannya.
Ketika ayat di atas dianalisa secara komprehensif, karakter iblis yang demikian berpotensi dimiliki oleh manusia. Sebab, ketika manusia bersifat angkuh atas status, merasa paling hebat, zalim, munafik, dan enggan mengakui (menghormati) kelebihan orang lain, maka sungguh ia telah menjadi “iblis” berwujud manusia. Namun, manusia enggan menyadari apatahlagi mengakuinya. Ia hanya sibuk menutupi sifat keiblisan yang bersemayam dalam diri dengan polesan atribut keshalehan palsu. Anehnya, karakter pemilik sifat iblis acapkali memperoleh sambutan dan selalu diikuti oleh komunitas yang berwatak serupa.
Begitu Adam dan Hawa sadar terhadap kesalahannya, maka keduanya sujud mohon ampunan-Nya. Adam dan Hawa menyesali kekeliruannya sembari bermunajat taubat tiada henti. Hal ini dijelaskan Allah melalui QS. al-A’raf : 23. Sementara, iblis bersikukuh atas sikapnya, tanpa menyesal, dan tak mau bertaubat. Bahkan, iblis justeru menantang Allah atas semua kebenaran firman-Nya.
Demikian karakter manusia. Ada manusia berkarakter Adam yang sadar atas kesalahan dan memohon ampunan-Nya atau meminta maaf pada sesama. Tapi, ada pula manusia berwatak iblis yang kukuh tak mau mengakui kesalahan, apalagi memohon ampunan-Nya atau meminta maaf pada sesama.
Kedua, Iblis hadir dengan sumpah palsu dan berkata atas nama Allah. Semua dilakukan agar Nabi Adam dan Hawa terperdaya untuk melanggar aturan Allah (makan buah khuldi).
Padahal, Allah telah melarang Adam dan Hawa untuk mendekati pohon Khuldi (QS. al-Baqarah : 35). Untuk memperdaya Adan dan Hawa, iblis tampil mengaku sebagai sosok yang jujur, baik, peduli, saleh, dan bersumpah atas nama Allah.
Berkaitan hal di atas, ada dua sumpah palsu yang digunakannya untuk memperdaya Adam dan Hawa, yaitu : (1) iblis tampil sebagai penasehat yang diutus untuk nabi Adam dan Hawa. Ia tampil layaknya makhluk yang pintar dan bijaksana, padahal semua ucapannya hanya merupakan bentuk kelicikan dan kemunafikan. (2) iblis sosok pembohong. Ia katakan bahwa khuldi adalah buah keabadian. Menurutnya, siapa saja yang memakannya akan kekal berada di surga. Untuk itu, iblis menawarkan kenikmatan abadi tanpa batas. Ia tau kelemahan Adam dan Hawa (berikut keturunannya) yang suka pada kenikmatan tanpa batas. Dengan retorika dan kelicikanya, iblis bersumpah dengan nama Allah (berikut atribut pemilik keshalehan). Hal ini dilakukannya berulang kali, sehingga nabi Adam dan Hawa larut terperdaya bujukan iblis.
Daya tarik “buah khuldi” terus menawarkan keabadian bagi keturunan Adam. Wujudnya berupa “tahta, harta, dan lawan jenis”. Wajar bila ketiganya selalu dikejar meski melanggar aturan. Sosok tak pantas menjadi pantas, tak layak menjadi layak, atau tak berkampuan menjadi berkemampuan. Manusia acapkali berubah ketika ruh “khuldi” diperoleh. Wujud perubahan drastis pada sikap dan prilaku akan terlihat nyata. Ketika “khuldi” diperoleh, hadir sifat kerakusan, kesombongan, kezalim-an, dan varian sifat tercela lainnya. Seakan, semua yang diperoleh dan dimiliki akan abadi (khuldi). Padahal, sebelum “khuldi” diperoleh, ia tampil sebagai sosok bijak dan berbudi.
Meski sejarah Adam dan Iblis begitu nyata dijelaskan dalam al-Quran, namun sejarah tersebut seakan berulangkali menimpa keturunan nabi Adam. Hanya berbeda pada waktu, varian wujud “iblis”, dan objek yang dijadikan dasar godaan. Bahkan, kalanya “sumpah ala iblis” dilakukan manusia untuk memperlihatkan keshalehannya. Padahal, semua hanya sebatas “permainan kata” untuk menyembunyikan kesalahannya. Untuk itu, bila terhadap Allah saja manusia tak segan mempermainkan dan membohongi, apatah-lagi terhadap sesamanya. Padahal, iblis yang sombong dan ingkar hanya membohongi manusia tapi tak pernah membohongi sesamanya.
Ketiga, Iblis mendekati Adam dan Hawa dengan tampilan penuh kepedulian simpatik dan sosok penyelamat. Ia mengaku lebih tahu tentang surga dibandingkan Adam dan Hawa. Sebab, ia diciptakan lebih dahulu. Dengan tampilan yang menyakinkan dan kata penuh simpatik yang diucapkan, akhirnya iblis ber-hasil meyakinkan Adam dan Hawa. Akibat-nya, Adam dan Hawa tertipu dan memakan buah khuldi yang telah dilarang oleh Allah SWT. Karena pelanggaran yang dilakukan, berakibat Adam dan Hawa keluar dari surga.
Keempat, Adam dan Hawa keluar dari surga akibat tertipu kata manis dan tampilan iblis. Meski Adam dan iblis dikeluarkan dari surga, namun sikap keduanya berbeda atas pelang-garan yang dilakukan. Bila Adam dan Hawa (korban penipuan) menyesali kesalahannya, maka Allah beri kesempatan keduanya untuk bertaubat. Sementara, iblis (aktor penipuan) justeru enggan mengakui kesalahannya, maka Allah tutup pintu taubat padanya.
Kelima, Iblis menyimpan rasa benci tak berujung dan bersumpah untuk balas dendam terhadap Adam (keturunannya). Hal ini dinyatakan Allah melalui firman-Nya : “Sesungguhnya Kami telah menciptakan kalian, lalu Kami bentuk tubuh kalian, kemudi-an Kami katakan kepada para malaikat, ‘Bersujudlah kalian kepada Adam’, maka mereka pun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk orang-orang yang bersujud. Allâh berfirman, ‘Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?’ Iblis pun menjawab, ‘Saya lebih baik daripadanya. Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah.’ Allâh berfirman, ‘Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu sudah sepantasnya tidak menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina.’ Iblis menjawab, “Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan. Allah berfirman, ‘Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh” (QS. al-A’râf :11-15).
Sumpah (qasam) iblis yang membeci Adam dan keturunanya merupakan bentuk rasa benci mendalam yang mengkristal menjadi dendam berkepanjangan. Hal ini dinyatakan Allah melalui firman-Nya : “Tuhanku, oleh karena Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, aku pasti akan jadikan (kejahatan) terasa indah bagi mereka di bumi, dan aku akan menyesatkan mereka semuanya”(QS. al-Hijr : 39)
Sumpah iblis muncul dari sifat iri atas asal kejadianya yang dianggap lebih mulia, tapi justeru nabi Adam yang diberi kelebihan. Ia tak mau introspeksi dan mengakui kekurang-an dan kesalahannya. Sebaliknya, ia justeru menganggap dirinya paling benar dan paling pantas. Andai iblis dendam dan membenci Adam (berikut keturunannya) karena ada sebab (asal penciptaan), tapi dendam sesama manusia adakalanya hadir karena sebab dan tanpa sebab. Bila dendam yang bersebab, berarti tak mau menyadari dan meminta maaf. Sedangkan dendam tanpa alasan kalanya hanya disebabkan informasi yang keliru (fitnah) atau tak mau mengakui kelebihan lawan. Sungguh, manusia hanya terbiasa menyalahkan sesama dan merasa paling mulia, tapi tak pernah mau menyadari kesalahan diri (apalagi disalahkan) dan mengakui kelebihan orang lain. Sifat ego manusia yang tak mau melihat kesalahan diri dan merasa mulia, menggiringnya melebihi dendamnya iblis. Sebab, dendam iblis hanya sebatas menggoda dan menipu manusia. Sementara dendam manusia bukan sebatas menggoda dan menipu, tapi bersamaan prilaku tercela lainnya (membunuh, fitnah, zalim, iri dengki, khianat, munafik, dan varian lainnya). Dalam realita, sifat manusia seperti ini telah mampu melampaui sifat iblis yang telah dimurkai-Nya. Sungguh, manusia tipikal ini bagai “kotak pandora” menurut mitologi Yunani. Begitu indah bila dilihat di luar, tapi ketika kotak diri terbuka, maka akan terlihat keburukan, kebusukan, kemunafikan, dan tipu muslihat nista yang disembunyikan. Mungkin isi “kotak pandora” bisa ditutupi dalam waktu terbatas. Tapi, pada waktunya semua akan terbuka dan terlihat. Kesombongan yang akan membuka isi “kotak pandora” setiap manusia (QS. al-Qori’ah : 6-11). Ketika “kotak pandora” diri terbuka, tak ada yang sanggup menutupinya. Kalanya, penyebab terbukanya “kotak pandora” (aib diri) akibat keserakahan yang berujung kezaliman atas sesama. Hal ini diingatkan Rasulullah melalui sabdanya : “Dan berhati-hatilah terhadap doa orang yang terzalimi, karena tidak ada peng-halang antara doanya dengan Allah” (HR. Bukhari dan Muslim).
Saat ini, mungkin iblis sedang istirahat atau berhenti menggoda manusia. Sebab, iblis telah menjadi sosok “instruktur” yang sukses menghasilkan generasi (manusia) kreatif-inovatif berbuat berbagai kemungkaran di muka bumi, bahkan melampaui kepongahan “sang instruktur” (iblis). Sungguh, manusia acapkali kehilangan amanah menjauhi pohon khuldi. Bagai tak amanahnya puteri Pandora (penerima hadiah) untuk menjaga kotak yang dititipkan padanya. Dorongan nafsu telah membuat manusia justeru membuka “kotak pandora” iblis. Akibatnya, berbagai persoalan dan musibah terlepas bebas menghancurkan semua sendi-sendi kehidupan. Hanya tersisa setitik harapan adanya perbaikan pada masa depan. Semoga…..
Wa Allahua’lam bi al-Shawwab.
Terbit di Kolom Betuah harian Riau Pos Online tgl. 16 Desember 2024